Logo Passei Direto
Material
Study with thousands of resources!

Text Material Preview

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL 
TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA 
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus 
 
SKRIPSI 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Disusun Oleh: 
Edi Junaedi Abdilah 
106011000083 
 
 
 
 
 
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI 
SYARIF HIDAYATULLAH 
JAKARTA 
2011 
ABSTRAK 
 
Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar 
Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam 
Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus 
 
Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk 
diperhatikan, karena media pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat pemaham 
siswa terhadap materi yang disampaikan di kelas. Media pembelajaran merupakan 
sarana untuk menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima 
pesan, dengan harapan proses komunikasi pembelajaran dapat berjalan dengan 
efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh oleh siswa 
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. 
Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa 
dalam menerima dan memahami pelajaran, sehingga hal ini diprediksikan dapat 
mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk 
menjelaskan bagaimana efektifitas penggunaan media audio visual terhadap 
keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. 
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 
kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi atau 
gambaran dari fenomena yang diselidiki dengan cara membuat kesimpulan 
berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan teknik 
penelitian yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, uji materi pelajaran 
berbentuk pilihan ganda serta dokumentasi. 
Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian yang penulis lakukan adalah 
penggunaan media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan 
terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil jawaban siswa 
kelas X AP2 sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil 
wawancara menunjukkan bahwa siswa menyukai dan termotivasi ketika proses 
pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena menurut 
hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa media VCD dapat mempermudah 
mereka dalam memahami pelajaran. 
ii 
 
KATA PENGANTAR 
 
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah 
melimpahkan karunia, rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayang yang berlimpah 
dan tiada batas kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dan 
terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi 
besar Muhammad SAW, yang telah menjadi sinar terang dalam perjalanan hidup 
umat manusia, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir. 
Amin. 
 Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “ Efektifitas 
Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada 
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus”. 
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada pihak-pihak yang 
telah berkontribusi memberikan bantuan, pengarahan, inspirasi serta do’a dan 
dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 
 Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan 
terima kasih kepada : 
1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan 
Keguruan Univevrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 
iii 
 
3. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan 
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif 
Hidayatullah Jakarta 
4. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku dosen pembimbing 
akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat 
kepada penulis selama perkuliahan. 
5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah 
meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan 
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 
6. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah 
mentransfer ilmu selama masa perkuliahan 
7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas 
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bantuan 
berupa referensi buku-buku dan bahan penelitian bagi penulis 
8. Kepala sekolah, para guru dan staf SMK Al-Hidayah Lebak Bulus yang 
telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik dalam 
memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. 
9. Kepada almarhum ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terimakasih 
yang sedalam-dalamnya, semoga diampuni segala dosanya. Dan kepada 
ibunda tercinta yang senantiasa mengasuh, membimbing, membiayai, 
memotivasi serta menjadi sumber semangat bagi penulis dalam menjalani 
kehidupan ini. 
iv 
 
10. Ade Nurfajriyah, yang senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan 
kepada penulis baik berupa moril, tenaga, maupun pemikiran. 
11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama 
Islam, Ahmad Sidrotul Muntaha, Kak Abdilah, Mahfud Fauzi, dan teman-
teman PAI B Angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, 
terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama ini serta motivasi 
dan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi ini. 
12. Teman-teman kosan, Ridwan, Fauzi, Teguh, Akbar, Mansur dan yang 
lainnya, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan 
penulis, terimakasih telah mengizinkan penulis untuk menjadikan 
kosannya sebagai tempat singgah yang nyaman bagi penulis. 
13. Terimakasih juga kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam 
kelancaran penyusunan skipsi ini. 
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak didalamnya, 
penulis hanya mempu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga 
kebaikannya mendapatkan balasan yang lebih baik lagi dari Allah SWT. Mudah-
mudahan skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya 
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini. 
 Penulis 
 
 Edi Junaedi Abdilah 
 106011000083 
 
v 
 
DAFTAR ISI 
 
 
HALAMAN JUDUL 
SURAT PERNYATAAN PENULIS 
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING 
ABSTRAK ........................................................................................................ i 
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii 
DAFTAR ISI ................................................................................................... v 
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii 
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... viii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 4 
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 4 
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 4 
BAB II KAJIAN TEORI 
A. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 6 
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 6 
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 8 
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah ......................... 11 
4. Tugas Pendidikan Agama Islam ............................................13 
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 14 
B. Media Audio Visual ................................................................... 19 
1. Media Pendidikan dan Pembelajaran .................................... 20 
2. Media Audio Visual ............................................................. 24 
3. Macam-Macam Media Audio Visual .................................... 25 
4. Karakteristik Media Audio Visual ........................................ 25 
C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .......................... 26 
1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran ......................... 26 
vi 
 
2. Pembelajaran Efektif ............................................................ 30 
D. Hasil Belajar ............................................................................. 40 
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................. 40 
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 42 
B. Metode Penelitian ..................................................................... 42 
C. Objek Penelitian ........................................................................ 44 
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44 
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 47 
BAB IV HASIL PENELITIAN 
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah ......................................... 49 
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Al-Hidayah ...................... 49 
B. Kondisi Informan ...................................................................... 54 
C. Hubungan Sosial ....................................................................... 55 
D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual .......... 56 
1. Tahap Persiapan ................................................................... 56 
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................... 56 
E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual ........................... 64 
1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran ........................................ 65 
2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual .. 73 
3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam .. 73 
F. Upaya SMK Al-Hidayah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan74 
BAB V PENUTUP 
A. Kesimpulan ............................................................................... 76 
B. Saran-Saran ............................................................................... 78 
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80 
LAMPIRAN 
 
 
 
 
vii 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR TABEL 
Tabel 1. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 51 
Tabel 2. Daftar Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari ........................................... 52 
Tabel 3. Daftar Jumlah Siswa SMK A-Hidayah Lestari ...................................... 53 
Tabel 4. Data Informan ..................................................................................... 55 
Tabel 5 Hasil Belajar Siswa .............................................................................. 66 
 
DAFTAR DIAGRAM 
Diagram 1. Pembagian Haji ............................................................................... 61 
Diagram 2. Rukun Haji ..................................................................................... 61 
Diagram 3. Wajib Haji ...................................................................................... 62 
Diagram 4. Bentuk Komunikasi Dua Arah ........................................................ 73 
 
 
 
1 
 
 
 
 
 
 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan 
yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang 
ekonomi, social, budaya, maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan 
tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) 
tersebut perlu adanyan penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkitan dengan 
faktor-faktor pengajaran di kelas, salah satu faktor tersebut adalah media 
pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat 
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien. Hasil 
penelitian telah memperlihatkan bahwa media telah menunjukkan keunggulannya 
membantu para guru dan staf pengajar dalam penyampaian pesan pembelajaran 
dengan lebih cepat dan mudah ditangkap oleh siswa. 
Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun 
masih sangat minim, tapi paling tidak di setiap kelas, sudah mulai menggunakan 
OHP. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu keniscayaan 
diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas 
hanya dengan bantuan papan tulis, dan spidol (kapur). Dengan perkembangan 
teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi 
sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya 
teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih 
efektif dan efesien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan 
menggunakan media moden, sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, lcd 
viewer, tentunya akan lebih menarik perhatian daripada didapat dari guru saja. 
2 
 
 
Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias apabila menonton 
film kartun atau bermain playstation daripada memperhatikan guru mengajar atau 
membaca buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah dalam mengajar guru 
terlalu klasik atau tidak up date, atau dengan kata lain guru tidak modern baik 
dalam metode pengajaran, dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media 
belajar. Penggunaan media audio visual seperti VCD atau LCD viewer, tentu 
dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan. 
Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu memberi daya 
ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer, pelajaran (suatu 
program acara) yang bisa diingat lewat media pandang dengar ini, setelah tiga 
hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja 10%, dan lewat media 
pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan barang baru dalam 
pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini 
masih dirasa asing. Memang benar, bahwa media atau instrumen audio visual dan 
sejenisnya bukanlah hal yang esensial, karena hanya masalah hardware saja, dan 
tanpa itupun prosese pembelajaran pun dapat berjalan. Seperti pendapat Prof. Dr. 
Nasution, M.A bahwa: 
“Ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara mengajar 
yang menggunakan alat-alat modern yang sebenarnya dihasilkan bukan 
khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat dimanfaatkan dalam 
pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhad projector, TV, 
video tape recorder, computer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi 
pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau 
Instructioanal aids. Dalam teknologi pendidikan hal ini disebut 
“Hardware”. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun bukan inti atau 
hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti 
pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila dikaitkan dengan suatu pelajaran 
atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti 
teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut 
prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa 
alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.”1 
Namun dalam teknologi pendidikan media audio visual tentu masih 
dianggap sebagai hal yang penting, dan bukan dianggap hal yang harus 
 
1Nasution,Teknologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 1994). hal. 2 
 
3 
 
 
dikesampingkan kelebihan-kelebihan media audio visual juga dijelaskan oleh TB. 
Wahyudi, 
“yaitu televisi sebagai media masa mempunyai banyak kelebihan dalam 
penyampaian pesan-pesannya di banding media masa lainnya, karena pesan-
pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersama-sama 
(singkron) dan hidup sangat (actual)…”2 
Kaitannya dengan hal di atas, sebagai upaya pengembangan dalam proses 
belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu 
adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMK AL-Hidayah Lebak 
bulus, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilakukan sebatas menggunakan 
metode ceramah. Maka penurut peneliti, perlu diadakan metode baru dalam proses 
belajar mengajarnya, yaitu dengan menggunakan metode audio visual, agar 
peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. 
Dari uraian di atas kiranya sangat menarik apabila dilakukan penelitian lebih 
lanjut di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus untuk mengetahui lebih jauh efektifitas 
penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran 
PAI. 
Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media 
elektronik yang terdapat diruang multimedia yang tersedia di SMK Al-Hidayah 
berupa VCD sebagai software yang berisi materi pelajaran PAI, dan VCD player, 
televisi, dan LCD viewer sebagai hardware-nya. 
Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektifitas audio visual tersebut 
sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan diteliti dengan 
instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dan diteliti 
pula hasil belajar siswa yang juga termasuk salah satu indikator efektivitas 
kegiatan pembelajaran, yaitu dengan instrument tes, yang diberikan oleh peneliti 
kepada subyek peneltian yang utama dalam penelitian ini, yaitu para siswa SMK 
Al-Hidayah. 
 
 
 
2 TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television (Bandung: Alumni 1980). hal. 2. 
 
4 
 
 
B. Identifikasi Masalah 
1. Ketidaksiapan sekolah menerima media elektronik 
2. Masih banyak guru yang belum paham kegunaan media audio visual 
dalam mendukung proses pembelajaran. 
3. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum 
menunjukkan hasil yang memuaskan 
 
C. Pembatasan Masalah 
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini 
dibatasi dengan tiga aspek yaitu: 
1. Kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran PAI 
2. Kurang menariknya penggunaan metode ceramah. 
3. Setelah menggunakan media audio visual, apakah prestasi siswa 
meningkat atau menurun? 
 
D. Rumusan Masalah 
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan 
masalah dalam penelitian ini adalah ” bagaimana efektifitas keberhasilan siswa 
setelah menggunakan media audio visual?” 
 
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 
1. Tujuan penelitian 
a. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual pada 
aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus. 
b. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual dalam 
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek hasil belajar di 
SMK Al-Hidayah Lebak Bulus 
2. Kegunaan penelitian 
5 
 
 
a. Bagi SMK Al-Hidayah Lebak Bulus penelitian ini kiranya dapat 
dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi, untuk membantu 
mengembangkan kualitas pembelajaran, khususnya pada PAI. 
b. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat 
dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap lembaga pendidikan 
formal, maupun non formal lainya, baik skala mikro maupun makro 
dalam hal penggunaan media audio visual sebagai media dalam 
pembelajaran. 
c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan 
penelitian selanjutnya. 
 
 
6 
 
 
 
 
 
 
BAB II 
KAJIAN TEORI 
A. Pendidikan Agama Islam 
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan 
mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung 
dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya 
ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.1 
Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata, 
menyatakan bahwa: 
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang 
ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak 
hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan. 
Pendidikan berarti memelihara hidup ke arah kemajuan, tidak boleh 
melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah 
usaha kebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar 
mempertinggi derajat kemanusiaan.2 
Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman belajar 
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”.3 Berdasarkan 
pengertian tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan 
 
 1Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. 
I, h. 10. 
 2Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. 
I, h. 11. 
 3Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar 
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 
2006), h. 3. 
7 
 
adalah usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan 
kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju 
arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal maupun nonformal. 
Pendidikan agama sendiri adalah “pendidikan yang memberikan 
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik 
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 
melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis 
pendidikan”.4 Dengan kata lain, pendidikan agama merupakan “pendidikan yang 
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut 
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama 
dan mengamalkan ajaran agamanya”.5 
Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “Suatu 
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat 
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada 
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.6 
Hasan Langgulung mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai 
“Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan 
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk 
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”.7 Sedangkan Endang 
Syaifuddin Anshari memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai 
“proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap 
perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik 
dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke 
arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam”.8 
Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai: Pendidikan dengan melalui 
jaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak 
 
4http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010. 
5http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010. 
6Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep 
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130. 
7http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 
 8 http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 
 
8 
 
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, 
menghayati dan mengamalkanajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya 
secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu 
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun 
di akhirat kelak.9 
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk 
membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai 
dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan 
akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan 
pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi 
bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat 
dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari. 
 
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam 
Sebelum membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu 
penulis akan menjelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara 
etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”.10 Dalam bahasa Arab 
“tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf atau maqasid. Sementara dalam 
bahasa Inggris diistilahkan dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara 
terminologi, tujuan adalah “sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah sebuah 
usaha atau kegiatan selesai”.11 
Para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan Pendidikan 
Agama Islam, diantaranya, H. M. Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief 
menjelaskan bahwa tujuan dari proses pendidikan Agama Islam adalah “idealitas 
(cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses 
 
9Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002), 
Cet. I, h. 37. 
10Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat 
Press, 2002, Cet. I, h. 15. 
11Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat 
Press, 2002, Cet. I, h. 16. 
 
9 
 
kependidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam secara bertahap”.12 Terkait 
dengan hal ini, adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah 
sendiri adalah: 
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan 
pemupukan pengetahuan, penghayatan dan pengamalan serta pengalaman peserta 
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus 
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta 
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.13 
Menurut al-Syaibani tujuan tertinngi Pendidikan Agama Islam adalah 
“Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang 
hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, 
kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh 
dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh”.14 
Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan 
Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: “1.) membentuk akhlak 
mulia, 2.) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3.) persiapan untuk 
mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4.) menumbuhkan semangat 
ilmiah dikalangan siswa, dan 5.) mempersiapkan tenaga profesional yang 
terampil”.15 
Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai 
berikut: 
a. Memahami ajaran agama 
Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits 
serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara, 
masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 122: 
 
12Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat 
Press, 2002, Cet. I, h. 19. 
13Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep 
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135. 
14Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, 
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36. 
15Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, 
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 39. 
 
10 
 
                     
                      
       
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). 
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang 
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi 
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya 
mereka itu dapat menjaga dirinya”.16 
 
b. Keluhuran budi pekerti 
Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan 
amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh 
umat manusia di dunia. 
c. Kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat 
Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia 
dan akhirat dengan melaksanakan ajaran agama Islam seutuhnya. 
d. Persiapan untuk bekerja 
Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja 
dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh 
amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal 
shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah 
SWT dalam Qs. Al-An’am (6) ayat 132: 
 
                            
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan 
apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa yang mereka 
kerjakan”.17 
 
16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media), 
h. 206. 
 
 17Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta 
Media), h. 145. 
11 
 
Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan 
tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian, dapat 
disimpulkan bahwa tujuan dari 
 Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keagamaan pada diri 
siswa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga 
di dalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan 
menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, 
baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan 
sesama manusia. 
 
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah 
Pada dasarnya pendidikan agama berfungsi “membentuk manusia Indonesia 
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia 
dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan intern dan antarumat 
beragama”.18 Sedangkan tujuan dari pendidikan agama itu sendiri yakni untuk 
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan 
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu 
pengetahuan, teknologi dan seni. 
Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah 
mempunyai fungsi sebagai berikut: 
a. Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta 
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan 
keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan 
ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah 
berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak 
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan 
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan 
tingkat perkembangannya. 
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan 
hidup di dunia maupun di akhirat. 
 
 18http://www.depdiknas.co.id, 23 Mei 2010. 
12 
 
c. Penyesuaian mental,yaitu untuk menyesuaikan diri dengan 
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan 
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 
d. Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, 
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya 
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan 
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam 
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya. 
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat 
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang 
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan 
bagi orang lain.19 
Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau 
madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran 
agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta 
memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal 
yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. 
Feisal (1999) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat 
digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah atau madrasah. 
Pendekatan tersebut diantaranya: 
1. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang 
dijabarkan dalam kurikulum. 
2. Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang 
mempunyai kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan 
kompetisi pada anak. 
 
19Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep 
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-
135. 
13 
 
3. Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang 
memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan 
nilai-nilai agama Islam. 
4. Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang 
memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai 
profesional yang mampu mengemukakan teori, informasi, yang 
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.20 
4. Tugas Pendidikan Agama Islam 
Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara 
kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas yang perlu 
diemban oleh Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan 
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan 
mempunyai sasaran pada siswa yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara 
dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas 
Pendidikan Agama Islam yaitu “membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan 
perkembangan siswa dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik 
kemampuan optimal”. 
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tugas PAI setidaknya dapat 
dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; Pendidikan 
Agama Islam sebagai: 
a. Pengembangan potensi. Sebagai pengembangan potensi, tugas 
Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dan mengembangkan 
kemampuan dasar yang dimiliki siswa, sehingga dapat diaktualisasikan 
dalam kehidupannya sehari-hari. 
b. Proses pewarisan budaya. Sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan 
Agama Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu 
 
 20Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: 
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 
135. 
 
14 
 
generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara 
dan terjamin dalam tantangan zaman. 
c. Interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai interaksi antara potensi dan 
budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah sebagai proses interaksi 
(memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya. Dengan 
proses ini, siswa (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan 
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau 
memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.21 
Untuk menjamin terlakasananya tugas PAI secara baik, hendaknya terlebih 
dahulu dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis 
dan kondusif yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti 
bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) dituntut untuk dapat menjalankan 
fungsinya, baik secara sturktural maupun institusional. 
Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi 
yang mengatur jalannya proses pendidikan. Baik pada dimensi vertikal maupun 
horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses 
pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti 
perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu diperlukan kerjasama 
berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun 
pendidikan luar sekolah22 
 
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) 
Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran mengenai tata hidup yang 
diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui para RasulNya, sejak Nabi 
Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi 
Muhammad Saw dari Allah SWT ini berisi pedoman pokok yang mengatur 
hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), dengan dirinya sendiri, 
dengan sesama manusia, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati 
dan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup 
 
21Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, 
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 33. 
22 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 33-34 
15 
 
manusia di dunia ini dan di akhirat nanti, maka PAI sebenarnya harus berarti 
pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan 
dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk 
menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dengan demikian, berarti ruang 
lingkup PAI secara umum itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni: 
a. Keimanan (Ilmu Tauhid) 
Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar mengajar 
tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam mata pelajaran keimanan, inti 
pembahasan adalah tentang ke-Esaan Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu 
tentang keimanan ini disebut juga Tauhid. Ruang lingkup pengajaran 
keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada 
Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada 
Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada 
Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar.23 
b. Ibadah (Ilmu Fiqih) 
Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk pengabdian 
yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali oleh niat. Materi 
pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Selain 
membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti 
perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian, kekeluargaan, warisan, 
pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik (pemerintahan), 
makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya.24 
c. Al-Qur’an 
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci 
lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga 
merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an. 
Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah, 
cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti, 
 
23Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 84. 
24Zakiah Darajat, dkk., Metodik KhususPengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 86. 
16 
 
dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih 
banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan 
pembiasaan.25 
d. Akhlak 
Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran akhlak 
berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang kelihatan pada 
tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini dapat dilakukan 
dengan memberikan pengertian tentang baik buruk kepentingannya dalam 
kehidupan, memberikan ukuran baik buruk, melatih dan membiasakan 
berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat. 
Dasar pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar 
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak 
mulia.26 
e. Muamalah 
Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fiqih. Ilmu ini lebih 
membahas tentang hubungan sosial antar manusia, yakni muamalat 
madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas 
masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan 
harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan dan cara menggunakan serta 
mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalah-
masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta 
kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara 
(perbendaharaan negara = baitul mal).27 
f. Syari’ah (Ilmu Hukum) 
Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat atau hukum 
Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan 
pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang 
 
25Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 90. 
26Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 98. 
 27Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 102. 
17 
 
pertama dalam ajaran agama Islam. Ilmu ini membicarakan mulai dari 
hukum pertama dalam Islam sampai kepada berbagai hukum dalam 
kehidupan manusia sehari-hari.28 
g. Tarikh (Ilmu Sejarah) 
Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam 
sebenarnya pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan 
pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang 
berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya Islam, peperangan yang 
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang 
kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat 
hidup Nabi Muhammad Saw dan masih banyak lagi yang lainnya.29 
Ketujuh ruang lingkup di atas dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan 
sesuai dengan jenis lembaga pendidikan dan tujuan dari ruang lingkup tersebut. 
Terkait dengan hal tersebut, adapun ruang lingkup PAI di lembaga pendidikan 
SMK yaitu: 
1. Al-Qur’an 
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan 
sumber akidah (keimanan), syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga 
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Tujuan pengajaran Al-Qur’an di SMK 
sendiri yaitu menumbuhkan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwa 
siswa, memupuk kemampuan dalam memahami kitab Allah SWT secara 
sempurna serta menumbuhkan kesan siswa terhadap makna dalam Al-Qur’an.30 
2. Akidah 
Akidah merupakan sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh serta sukar 
sekali untuk dirubah. Sasaran pengajaran akidah dalam jenjang SMK adalah untuk 
menanam dalam jiwa siswa beriman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab 
 
28Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 108. 
29Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi 
Aksara, 1995), Cet. I, h. 112. 
 30Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama 
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80. 
 
18 
 
Allah SWT, Rasul-rasulNya dan tentang hari kiamat, menumbuhkan rasa syukur 
dan taat beribadah dalam diri siswa. membantu siswa agar mereka berusaha 
memahami berbagai hakikat seperti Allah SWT berkuasa serta mengetahui segala 
sesuatu dan sebagainya. Adapun contoh subyek dalam pengajaran akidah ini 
yakni: 
a. Kaidah-kaidah (rukun) Islam 
b. Beriman kepada Allah SWT 
c. Beriman kepada Malaikat, Kitab-kitab Allah SWT dan Rasul-rasulNya 
d. Beriman kepada hari akhir 
e. Beriman kepada takdir Allah SWT 
f. Beriman kepada sifat-sifat Allah SWT 
g. Taat kepada Allah SWT dan RasulNya 
h. Cinta kepada Allah SWT dan RasulNya.31 
 
3. Ibadah 
Ibadah adalah mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala 
laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah 
secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. sedangkan 
dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat 
secara luas. Tujuan pengajaran ibadah di SMK adalah agar siswa mengetahui 
hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat 
dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa, 
zakat, haji dan ibadah lainnya.32 
4. Akhlak 
Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan, 
tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan 
sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. Akhlak juga 
bisa dipahami sebagai sikap hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma 
 
31Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari 
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 
116. 
32Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari 
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 
150. 
19 
 
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia 
dengan sesamanya menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam 
menjalankan sistem kehidupannya (ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, seni dan 
sebagainya).33 
 
5. Tarikh (Sejarah) 
Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan 
hidup manusia muslim dari masa ke masa. Tarikh juga dapat dipahami sebagai 
studi tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan Imam-imam 
pemberi petunjuk yang diceritakan kepada siswa sebagai contoh tealadan yang 
utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi 
maupun kehidupan sosial. Tujuan pengajaran tarikh di SMK yakni 
mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan 
mendorong siswa untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya, melatih 
siswa mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan 
sehari-hari maupun dalam menghadapi kesulitan hidup.34 
 
B. Media Audio Visual 
Media audio visual dapat dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama, dilengkapi 
fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual 
murni, sseperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah 
medis audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, 
OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang 
dimanfaatkan secara bersamaan dalam suatu waktu atau suatu proses 
pembelajaran.35 
 
 
33Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama 
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80. 
 34Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari 
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 
164. 
35 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatanbaru, (Ciputat: Gaung Persada 
Press, 2008), hal. 113-114 
20 
 
1. Media Pendidikan dan Pembelajaran 
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata 
medium yang secara harfiah berarti memiliki perantara atau pengantar. Medòë 
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. 
Selain pengertian diatas, Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah 
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya 
untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah 
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk 
belajar 
 Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) 
memiliki pengertian berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk 
komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media 
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun 
batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa 
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari 
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan 
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 
 Sedangkan menurut John D Latuheru media pembelajaran adalah semua 
alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan 
maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber penerima pesan 
dalam hal ini adalah anak didik.36 
Adapun Yudhi Munadi dalam bukunya menjelaskan bahwa media 
pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapay menyampaikan 
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan 
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara 
efisien dan efektif.37 
 
36 John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: 
Depdikbud, 1982. Hal. 5 
 
37 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada 
Press, 2008), hal. 7-8 
21 
 
 Suharsini Arikunto memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai 
media pembelajaran. Media pembelajaran menurutnya ialah suatu sarana yang 
digunakan untuk menampilkan pelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas 
disebut media pendidikan dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya 
mencakup proses pembelajaran yang ada tetapi juga dalam arti yang lebih luas38 
a. Fungsi Media Pembelajaran 
Secara umum, tujuan atau fungsi utama media pembelajaran yakni 
mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang 
diinginkan (adanya perubahan tingkah laku).39 
Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber 
belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-
ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai dan dampak atau efek yang 
ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah 
kemampuannya merekam, menyimpan dan melestarikan, mengkonstruksi dan 
mentransportasikan suatu peristiwa atau objek. Kemudian yang dimaksud dengan 
bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa 
nonverbal. Se3dangkan yang dimaksud dengan efek yang ditimbulkan adalah 
bentuk konkrit dari efek ini yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap 
siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik secara individu 
maupun kelompok.40 
Fungsi media pembelajaran dalam hubungannya dengan proses belajar 
mengajar antara lain: 
1) Media memungkinkan siswa menyaksikan benda atau peristiwa yang ada 
pada masa lampau dengan perantara gambar, potret, film dan sebagainya. 
2) Media memungkinkan siswa mengamati benda maupun peristiwa yang 
sukar dikunjungi baik karena tempatnya jauh, karena tempatnya 
berbahaya atau karena tempatnya terlarang. 
 
38Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. Hal. 14 
39Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada 
Press, 2008), hal. 37 
40Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada 
Press, 2008), hal. 36 
22 
 
3) Media memungkinkan siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas 
tentang bebnda atau masalah yang sukar diamati secara langsung. 
4) Media memungkinkan siswa dapat menjangkau audience yang besar 
jumlahnya. 
5) Media dapat memperlihatkan secara cepat, proses yang terjadi secara 
lambat. 
6) Media dapat memperlihatkan secara lambat gerakan-gerakan yang 
berlangsung secara cepat, jika diperlukan untuk diamati secara teliti.41 
Pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media ini amat penting artinya 
bila merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Karena dasar kebijakan 
dalam pemilihan, pengembangan maupun pemanfaatan media tidak dapat terlepas 
dari pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media tersebut. 
b. Macam-Macam Media Pendidikan 
Rudy Bretz mengintifikasikan ciri utama media menjadi tiga kelompok, 
yaitu kelompok media yang menonjolkan suara, bentuk dan gerakan. Kelompok 
media yang menggunakan bentuk dibedakan menjaid tiga, yaitu gambar, garis dan 
simbol-simbol. Secara lengkap Rudy Bretz mengklasifikasikan media pendidikan 
menjadi 8 kelas, yaitu: 
1) Media Audio Visual Gerak 
Media ini adalah media yang paling lengkap karena segala kemampuan 
yang dapat diperankan oleh audio dan visual dapat dimanfaatkan melalui 
media ini. Contohnya televisi, video tape, film dan media audio pada 
umumnya seperti kaset program dan piringan hitam. 
2) Media Audio Visual Diam 
Media ini dilihat dari segi kelengkapannya merupakan media kedua 
setelah media audio visual gerak. Perbedaannya hanya pada kemampuan 
geraknya saja, kemampuan lain ada di media ini. Contohnya film strip 
bersuara, slide bersuara, komik dengan suara. 
 
 
41 Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986. Hal. 
18-19 
23 
 
3) Media audio visual semi gerak 
Media ini adalah media audio yang disertai dengan gerakan secara linear 
dan terputus-putus. Contohnya adalah: morse dan media board. 
4) Media Visual Gerak 
Media ini menunjukkan kemampuan visual dan gerakannya tetapi tanpa 
suara. Contohnya: film bisu (Mr. Bean) 
5) Media Semi Gerak 
Media ini adalah media yang mampu menampilkan gerakan titik secara 
linear (garis dan tulisan) tetapi tanpa suara. Contohnya: Teleautograp. 
6) Media audio 
Media ini adalah yang hanya menonjolkan audio saja tanpa ada gambar 
atau gerakan apapun. Contohnya: radio, telepon, audio tape (kaset 
program) dan audio disc. 
7) Media Cetak 
Media cetak yaitu media yang menampilkan informasi melalui kata-kata 
dan simbol-simbol atau diagram saja. Contohnya: Teletipe, papertape.42 
Basyiruddin Utsman menggolongkan media kepada 8 kategori, yaitu: 
1) Real Things, dapat berupa manusia (teacher) itu sendiri, benda 
sesungguhnya, dan peristiwa yang terjadi. Pengajar adalah media yang 
utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan motivator atau 
fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. 
2) Verbal Representations: berupa media tulis/cetak, buku tulis dan 
sebagainya. 
3) Graft Representation: berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan. 
4) Still Picture: seperti foto, slide, film strip, OHP dan media visual lainnya. 
5) Motion Picture: seperti film, televisi, video tape, dan lain-lain. 
6) Audio (Recording): Seperti pita kaset, real tape, piringan hitam dan 
sound track. 
 
42Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: 
Medyatama Saran Perkasa, 1989. Hal. 174-176 
24 
 
7) Simulation: berupa permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya. 
Contoh: perang-perangan dan mengemudikan mobil. 
 
2. Media Audio Visual 
Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsursuara dan unsur 
gambar. Jenis media ini mempunya kemampuan yang lebih baik. Teknologi audio 
visual digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin 
mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran 
melalui audio visual jelas dan bercirikan pemakaian perangkat keras selama 
proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual 
yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan 
materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak 
seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.43 
Tujuan pemakaian media audio visual, dalam hal ini yang dimaksud secara 
umum dalam proses pembelajaran adalah: 
a. Untuk Tujuan Kognitif 
Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat dikembangkan, yakni 
yang menyangkut kemampuan mengenal kembali kemampuan memberikan 
rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya: pengamatan benda terhadap 
kecepatan relatif suatu obyek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam 
gerak interaksi antara obyek dan benda. 
Dengan video dapat pula dipertunjukkan serangkaian gambar diam dapat 
pula digunakan untuk menunjukkan contoh-contoh bersikap atau berbuat dalam 
suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi menusiawi, sehingga 
dapat dimungkinkan mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak 
memenuhi syarat. 
 
 
 
 
43Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-
XIII, hal. 30 
25 
 
b. Untuk Tujuan Psikomotor 
Video merupakan media yang paling tepat untuk memperlihatkan contoh 
ketrampilan yang menyangkut gerak, karena dapat diperjelas dengan cara 
diperlambat atau dipercepat. 
c. Untuk Tujuan Afektif 
Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media 
yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.44 
 
3. Macam-Macam Media Audio Visual 
Media audio visual dibagi kedalam dua jenis, yaitu: 
a. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal 
dari satu sumber seperti video kaset. 
b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal 
dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur 
gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari 
tape recorder. 
 
4. Karakteristik Media Audio Visual 
Ciri-ciri dan karakteristik utama teknologi media audio visual adalah sebagai 
berikut: 
a. Bersifat linear 
b. Menyajikan visual yang dinamis 
c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh 
perancang/pembuatnya 
d. Merupakan representasi fisik dari gagasan ril atau gagasan abstrak 
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis, behaviorisme dan kognitif 
f. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang 
rendah.45 
 
44 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta: 
Rajawali Press, 1987. Hal. 104-105 
45Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-
XIII, hal. 31 
26 
 
 
C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua 
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang 
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar 
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.46 
 
1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran 
Dick dan Carey (1996:184) mengemukakan 5 komponen pokok dalam 
pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 
a. Kegiatan pra-pembelajaran 
b. Penyajian informasi 
c. Partisipasi siswa 
d. Testing (evaluasi) 
e. Tindak lanjut 
Dari ke-5 komponen tersebut dapat diringkas menjadi 3 tahap atau prosedur 
yang secara umum dilakukan dalam setiap pembelajaran. Tahap pra-pembelajaran 
menurut Dick dan Carey dapat disebut tahap persiapan, sedangkan tahap 
penyajian dan informasi siswa dapat disingkat menjadi tahap penyajian karena 
dalam penyajian akan melibatkan partisipasi siswa47. Tahap ke-4 dan ke-5, 
evaluasi dan tindak lanjut menjadi satu. 
a. Kegiatan Persiapan atau Pra-Pembelajaran 
Kegiatan pra-pembelajaran sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu 
persiapan sebelum pembelajaran (pra-pembelajaran) dan kegiatan awal 
pembelajaran, disebut pembukaan pembelajaran 
1) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru perlu 
mempersiapkan diri dengan baik agar dapat mencapai tujuan 
pembelajaran dengan efektif dan efisien. Persiapan ini meliputi: 
 
46 Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Mandar Madju 1989), hal. 28 
47Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit 
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 
27 
 
persiapan tertulis, persiapan yang berkaitan dengan media 
pembelajaran maupun alat-alat pelajaran dan persiapan diri 
2) Pembukaan Pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh 
guru pada awal pembelajaran. Dick dan Carey (1996) 
mengemukakan bahwa pada awal kegiatan formal pembelajaran, ada 
3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu memotivasi siswa, memberi 
siswa, memberikan informasi apa yang akan dipelajari siswa, 
meyakinkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal 
(prasyarat) yang diperlukan untuk mempelajari materi yang akan 
disajikan.48 
b. Penyajian Informasi dan Contoh 
Pada tahap ini guru menetapkan secara pasti informasi siswa, konsep, 
aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan kepada siswa. 
Disinilah penjelasan pokok tentang semua materi pembelajaran. 
Kesalahan utama yang sering trejadi dalam tahap ini adalah menyajikan 
informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian dari informasi tersebut 
tidak relevan dengan tujuan pembelajaran, hal ini sangat penting 
diperhatikan. Pada saat guru memberikan informasi, hendaknya tidak 
hanya mendefinisikan konsep-konsep baru, namun menjelaskan kaitan-
kaitannya dengan konsep lain. Guru juga perlu menentukan jenis-jenis 
dan sejumlah contoh yang akan diberikan untuk setiap konsep. 
c. Partisipasi Siswa 
Dalam tahap ini, guru berusaha agar siswa berpartisipasi penuh dalam 
kegiatan pembelajaran. Disinilah siswa mempelajari, mengerjakan segala 
sesuatu yang menjadi tugasnya. Namun, salah satu komponen yang 
sangat kuat yang tidak boleh terlupakan dalam proses belajar ini adalah 
pemberian umpan balik. Guru dapat meningkatkan proses belajar dengan 
menyediakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung relevan dengan 
 
48Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit 
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 – 2.4 
28 
 
tujuan pembelajaran. Siswa seharusnya mendapat kesempatan untuk 
mempraktikkan apa yang guru kehendaki dari siswa untuk dikerjakan 
 
d. Penilaian 
Ada dua jenis penilaian yang biasa dilakukan oleh kebanyakan guru, yaitu 
pretest dan posttest. Guru harus dapat menentukan secara pasti strategi 
apa yang akan ditempuh untuk melakukan penilaian. Strategi seorang 
guru mungkin berbeda secara signifikan dengan strategi yang biasa 
digunakan oleh para guru dan pelatih yang melaksanakan pembelajaran 
secara lengkap. 
Dalam rangka melaksanakan tes formal, perancang pembelajaran dapat 
mempertimbangkan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sikap secara 
tersembunyi. Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan apakah siswa 
memikirkan pembelajaran pada saat menghadapi kegiatan belajar. 
e. Kegiatan-Kegiatan Tindak Lanjut 
Sebagai bagian dari pembelajaran, anda perlu mempunyai bahan-bahan 
atau setidak-tidaknya rekomendasi tentang apa yang dapat dikerjakan 
siswa sebagai hasil dari unjuk kerja pada posttest. Apakah guru akan 
memisahkan bahan-bahan remediasi yang disediakan untuk para siswa 
yang kurang tingkat pencapaiannya?Jika demikian, jenis strategi apa 
yang akan melibatkan para siswa tersebut? Apakah guru akan 
memberikan bahan-bahan pengayaan tertentu atau dapat juga 
menyarankan kegiatan-kegiatan pembelajaran kepada para siswa yang 
sukses berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkakn ada juga siswa 
yang hanya sampai pada batas pencapaian yang ditetapkan? Keputusan 
ini mempunyai implikasi tidak hanya sebagai bantuan dalm proses 
belajar, namun juga diperlukan secara langsung untuk implementasi 
pembelajaran guru seperti diuraikan dibawah ini: 
1) Mereview strategi untuk ingatan dan transfer 
Setelah guru mempertimbangkan remediasi dan pengayaan, langkah 
terakhir adalah mereview strategi untuk menentukan apakah ingatan 
29 
 
(memmori) siswa dan transfer belajar memerlukan perhatian? 
Pertanyaan ini dijawab dengan mereview analisis konteks, yang akan 
menguraikan kondisi-kondisi yang menyebabkan siswa ingin 
mencapai tujuan pembelajaran. 
2) Ketrampilan mengingat 
Ketika guru mempertimbangkan apa yang akan dilakukan siswa 
apabila mereka telah mencapai tujuan pembelajaran, apa yang akan 
diingat oleh siswa? Apakah ada sesuatu yang secara mutlak harus 
diungkap kembali dari ingatan? Haruskah hal itu dilakukan secara 
jelas? Jika demikian banyak teknik yang disarankan untuk 
mengajarkan informasi verbal sebagia salah satu strategi dalam 
pembelajaran. 
Jawaban yang sering diperlukan dalam pertanyaan tersebut, yaitu 
apapkah hal-hal yang dilakukan siswa perlu diingat? Apakah 
memorisasi itu tidak penting, hanya sebatas siswa berhasil melakukan 
suatu ketrampilan saja? Jika dengan kasus ini tujuan guru tercapai 
maka guru dapat mempertimbangkan penggunaan panduan tugas. 
Panduan tugas adalah suatu alat yang digunankan bagi siswa untuk 
mengerjakan suatu tugas. Misalnya, dapatkah siswa hanya mengisi 
daftar cek (checklist), untuk mengerjakan tugas? Jika demikian, akan 
sangat mengurangi kebutuhan untuk mengingat suatu informasi dan 
mungkin dapat mengurangi panjangnya waktu pembelajaran. 
3) Transfer Belajar 
Pertanyaan berikutnya dalam tujuan pembelajaran guru adalah apakah 
hakikat transfer belajar yang akan terjadi? Apakah bedanya konteks 
unjuk kerja dengan konteks belajar? 
Misalkan, tujuan pembelajaran adalah menggunakan program aplikasi 
komputer baru dan ini diajarkan dalam pusat latihan komputer yang 
identik dengan komputer yang digunakan dalam tempat kerja. Selama 
pelatihan, siswa menggunakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai 
dalam suatu lembaga (tempat kerja) untuk mengaplikasikan kegiatan 
30 
 
belajar. Diharapkan bahwa siswa akan menggunakan aplikasi baru 
setelah menyelesaikan seluruh pelatihan. 
Dari contoh tersebut diasumsikan bahwa jika pelatihan dirancang 
dengan baik, maka akan ditransfer 100% kedalam tempat kerja. 
Transfer akan terjadi karena system dan aplikasi yang sama serta 
bentuk-bentuk itu sama dengan bentuk yang digunakan dalam 
pelatihan. 
 
2. Pembelajaran efektif 
a. Pengertian Efektifitas 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif 
yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, 
dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku.49 Dapat juga didefinisikan 
sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, 
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, 
dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional 
khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika 
tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih banyak tercapai.50 
Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah 
konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. 
Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk, memberikan 
definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan.51 
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh 
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai 
dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: 
“efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, 
 
49 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai 
Pustaka: 1996), h: 250 
50 http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 
51Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama 
Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h: 6 
31 
 
kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang 
dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.52 
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah 
pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya guru untuk 
membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.53 
Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang dikutip oleh 
Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar itu 
(setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relaitif tetap dan setiap saat diperlukan 
dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem 
Solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuaian diri bagi 
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. 
Efektif belajar dapat ditunjukan: 
1) Tepat waktu atau efisien waktu, 
2) Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap, 
3) Cepat menguasai konsep, 
4) Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi dan 
indikator dan 
5) Irit biaya.54 
Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif apabila seorang 
guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi ajar sehingga siswa dengan 
mudah menerima materi yang diajarkan dan dapat merangsang siswa untuk 
mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan 
saling menghargai pendapatnya masing-masing. 
Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan bahwa belajar 
efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers) yaitu peserta didik harus 
menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan mengetahui sasaran (Cue) yaitu 
peserta didik harus memperhatikan sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta 
 
52 http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. 
53Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan 
Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h: 20 
54Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, 
(Bandung: Alpabeta: 2009), 174 
32 
 
didik harus melakukan sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil 
(reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam 
belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta 
didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan menggunakan bahasa dan istilah 
yang dapat dipahami peseta didik.55 
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama 
keefektifan pembelajaran, yaitu: 
1) Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan 
Belajar Mengajar (KBM) 
2) Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. 
3) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa 
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan. 
4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, 
mengembangkan struktur kelas yang mendukung. 
Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu berusaha agar 
anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentase 
waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan 
teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah 
orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa, 
menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memilikisuatu 
rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat 
memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun 
juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.56 
Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran, membiasakan, 
bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan biasa 
dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh 
pengetahuan kognitif, tetapi juga meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan 
hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 
b. Ciri-Ciri Efektifitas 
 
55Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, 
(Bandung: Alpabeta: 2009), 175 
56 http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar 
33 
 
Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran ditandai 
dengan ciri-ciri sebagai berikut: 
1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang 
telah ditetapkan. 
2) Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara 
aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional. 
3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar. 
Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang digambarkan di 
atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat 
prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana 
penunjang. 
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti 
program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan 
psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, 
motivasi, respon, kerjasama, partisipasi, aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan 
media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam 
menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek 
sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan 
serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang 
kelas, labolatorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.57 
1) Kriteria efektifitas pengajaran itu melliputi: 
a) Prosentase waktu belajar siswa yang tinggi 
b) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa. 
c) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa 
(orientasi keberhasilan yang diutamakan) 
d) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif 
e) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir 2 tanpa 
mengabaikan butir 4. 
 
57 http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran 
34 
 
Sedjana mengungkapkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai 
keefektifan proses belajar mengajar sebagai berikut. 
1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum 
2) Keterlaksanaannya oleh guru, dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan 
program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa 
mengalami hambatan atau kesulitan 
3) Keterlaksanaannya oleh siswa, dalam hal ini dimulai sejauhmana siswa 
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan 
tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti 
4) Motivasi belajar siswa, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi 
keberhasilan belajar siswa saat melaksanakan kegiatan belajar 
5) Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, penilaian proses belajar 
mengajar terutama adalah sejauhmana keaktifan siswa mengikuti 
pelajaran 
6) Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal 
balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam melakukan 
kegiatan belajar mengajar. 
7) Kemampuan atau ketrampilan guru mengajar, merupakan puncak 
keahlian guru yang profesional dalam hal penguasaan bahan pengajaran 
bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, penetapan metode mengajar 
dan lainnya. 
8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa58 
Sedangkan menurut Mortimore proses belajar mengajar yang efektif itu 
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
1) Aktif, bukannya pasif 
2) Konvert, bukannya overt 
3) Kompleks, bukannya sederhana 
4) Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual siswa 
5) Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar 
 
58 Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK (Penelitian Pada Guru-
Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001), hal.40 
 
35 
 
 
 
 
c. Aspek-Aspek Efektivitas 
Berdasarkan pendapat Aswarni Sujud tentang pengantar efektifitas, dapat 
dijelaskan bahwa efektifitas suatu program dapat dilihat adrai aspek-aspek 
dibawah ini: 
1) Aspek tugas dan fungsi 
Seseorang atau lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau 
fungsinya. Begitu juga suatu program pengajaran akan efektif jika tugas d 
an fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik, dan tugas peserta didik 
belajar dengan baik 
2) Aspek rencana atau program 
Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program 
dikatakan efektif. Yang dimaksud dengan rencana atau program disini 
adalah rencana pengajaran yang terprogram, yaitu berupa materi yang 
terwujud dalam sebuah kurikulum, yaitu berupa materi yang terwujud 
dalam sebuah kurikulum yang telah diterapkan. 
3) Aspek ketentuan dan aturan 
Efektifitas suatu program juga dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan 
yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses 
pengajaran. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan 
dengan peserta didik. Jika aturan ini dilaksanakan berarti ketentuan atau 
aturan telah berlaku secara efektif. 
4) Aspek tujuan atau kondisi ideal 
Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atua 
kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat 
dilihat dari prestasi yang dicapai oleh siswa. 
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa segi, yang dimulai dari 
perencanaan guru. Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan keputusan yang 
36 
 
diambil guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi 
hasil pembelajaran. (Burden & Bird, 1999). Perencanaan merupakan tugas yang 
sangat penting dilakukan oleh guru. Ketika guru membuat keputusan tentang 
perencanaan, perlu mempertimbangkan “seseorang melakukan apa, apabila dan 
urutan peristiwa-peristiwa belajar apa yang akan terjadi, dimana peristiwa belajar 
itu berlangsung, jumlah waktu yang digunakan, dan sumber-sumber serta bahan-
bahan yang dimanfafatkan”.59 
Keputusan tentang perencanaan juga berhubungan dengan isu-isu seperti 
materi yang dipilih, strategi pembelajaran, penyampaian pelajaran, media 
pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim kelas dan evaluasi pembelajaran. Tujuan 
perencanaan adalah member jaminan pebelajar akan belajar dengan baik. Oleh 
karena itu, perencanaan membantu menciptakan, mengelola dan 
mnegorganisasikan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang memungkinkan 
kegiatan belajar terjadi. Perencanaan membantu guru untuk menata alur dna 
urutan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tepat dan juga mengatur waktu. 
Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan pembelajaran sangat 
tergantung pada individu guru. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti 
kebutuhan pebelajar, kekomplekan tugas pembelajaran, fasilitas-fasilitas dan 
peralatan serta pengalaman guru. 
a) Faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran: 
(1) Konten (isi) Pembelajaran: isi pelajaran berkaitan dengan 
pengetahuan, ketrampilan, aturan, konsep atau proses kreatif yang 
akan dipelajari pebelajar 
(2) Bahan: berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang 
dugunakan dalam pembelajaran. Buku teks, film, film strip, komputer, 
video tape. 
(3) Strategi Pembelajaran: pemilihan berbagai strategi pembelajaran 
yang digunakan untuk mengajarkan isi pembelajaran merupakan 
perencanaan sentral guru.59Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit 
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.15 
37 
 
(4) Perilaku Guru: guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses 
pembelajaran berlangsung dan membantu pebelajar dalam kegiatan-
kegiatan belajar, seperti membimbing kelompok, menyajikan 
pelajaran secara, membuka pelajaran dan membuat kesimpulan. 
(5) Menstrukturkan Pelajaran: menyusun pelajaran berkaitan dengan 
kegiatan yang terjadi pada suatu saat tertentu selama penyajian 
pelajaran dan guru perlu merencanakan struktur pelajaran. 
(6) Lingkungan Belajar: ketika kegiatan-kegiatan belajar direncanakan, 
pertimbangan jenis lingkungan belajar yang ingin diciptakan. Banyak 
factor yang perlu diperhatikan. System pengelolaan kelas yang efektif 
perlu direncanakan dan ditetapkan, seperti aturan-aturan kelas, 
menciptakan iklim kelas yang positif, tanggung jawab pebelajar 
secara akademik dan penguatan-penguatan perilaku yang 
dikehendaki. 
(7) Pebelajar: guru harus mempertimbangkan karakteristik pebelajar, 
perlu dipertimbangkan pula motivasi belajar, kebutuhan akademik, 
kebutuhan fisik dan psikologis. Lebih dari itu, pertimbangkan 
pengelompokan, seperti kelompok kecil, kelompok keseluruhan dan 
kerja mandiri. 
(8) Durasi Pembelajaran: guru perlu menjadi manajer waktu untuk 
menjamin bahwa pebelajar mempunyai kesempatan untuk mencapai 
tujuan pembelajaran selama kurun waktu tertentu. 
(9) Lokasi Pembelajaran:guru juga perlu merencanakan tempat dimana 
pembelajaran akan terjadi.60 
 
b) Karakteristik Guru 
Keputusan perencanaan tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran dipengaruhi 
oleh karakteristik guru itu sendiri (Neely & Hansford, 1985). Pertama, banyaknya 
pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan perencanaan. Kedua, 
 
60Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit 
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.16 – 2.17 
38 
 
filosofi belajar-mengajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan 
guru. Ketiga, pengetahuan guru tentang isi pelajaran. Keempat, gaya guru dalam 
mengorganisasikan pelajaran. Kelima, harapan-harap menata kelas, baik untuk 
pebelajar belajar maupun pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri. 
Keenam, perasaan aman dan control pembelajaran memainkan peranan dalam 
proses perencanaan. 
c) Guru yang efektif 
Rosanshine (1989) mengidentifikasi 6 hal tentang guru yang efektif sebagai 
berikut: 
(1) Melakukan review harian 
(2) Menyiapkan materi baru 
(3) Melakukan praktik terbimbing 
(4) Menyediakan balikan dam koreksi 
(5) Melaksanakan praktik mandiri 
(6) Review mingguan dan bulanan 
d) Pendekatan pembelajaran yang efektif 
Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang 
berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigm dalam 
pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan 
pebelajar.61 Dalam hal ini terdapat 3 jenis pendekatan yang saat ini banyak 
diterapkan, yaitu: 
(1) Belajar Mandiri (independent learning), dkonsep belajar mandiri 
diartikan sebagai sesuatu yang berbeda. Ada 7 prinsip yang perlu 
diketahui dalam konsep belajar ini, yaitu: 
(a) Pebelajar belajar untuk dirinya sendiri 
(b) Pebelajar mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan 
belajarnya sendiri. 
(c) Pebelajar memilki tanggung jawab untuk menentukan konteks 
belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar secara pribadi, 
 
61Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit 
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.20 
39 
 
mengidentifikasi sumber-sumber belajar, serta menentukan waktu 
untuk belajar dan lag\ngkah belajar. 
(d) Pebelajar mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya 
sendiri 
(e) Kebutuhan individu yang berbeda dikenal dengan respon yang 
tepat, dibuat untuk kebutuhan khusus pebelajar secara individual. 
(f) Kegiatan belajar pebelajar didukung, diperluas atau dikurangi 
dengan sumber-sumber belajar dan panduan belajar. 
(g) Peranan mengajar berubah dari guru atau penyampai informasi ke 
pengelola proses belajar. 
(2) Pembelajarn Terpadu (integrated learning), merupakan suatu 
pendekatan pembelajaran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan 
belajar sepanjang hayat. keterpaduan merupakan strategi pembelajaran 
yang berorientasi kepada pebelajar. (Den & Harden, 2005), contohnya: 
pengajaran Pendidikan Agama dikaitkan dengan mata pelajaran 
lainynya seperti PPKN maupun Bahasa Indonesia. Pendekatan 
pembelajarn terpadu membantu pebelajar melalui: 
(a) Belajar aktif 
(b) Menilai diri sendiri 
(c) Individualisasi, dan 
(d) Belajar mandiri. 
Adapun kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya adalah: 
memberikan gambaran hubungan antar pengetahuan, memungkinkan 
kesatuan penyajian suatu problem dan mempermudah kerjasama antar 
disiplin keilmuan. 
(3) Belajar Berbasis Masalah (Problem-based Learning), yaitu kegiatan 
belajar yang berpusat pada pebelajar dan juga menggambarkan metode 
belajar inti atau suplemen pembelajaran. Prinsipnya sama dengan 
pembelajaran terpadu, namun pembelajaran terpadu mendasarkan pada 
tema, sedangkan pada konsep ini berdasarkan masalah (Pembelajaran 
dimulai dengan menampilkan suatu masalah). Masalah tersebut 
40 
 
mendorong pebelajar untuk mencari alasan, berpikir kritis dan 
memprtimbangkan bukti-bukti, serta mencari-cari dan barbagi 
informasi yang relevan. 
 
D. Hasil Belajar 
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar 
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. 
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang 
guru sebagai pengajar. 
 Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu 
dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. 
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa 
mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya 
intervensi orang lain sebagai pengajar. 
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari 
pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil Belajar adalah 
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman 
belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana 
membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, 
(2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.62 
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor 
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari 
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan 
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark menyatakan 
bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa 
 
62 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004), 
Hal.22 
41 
 
dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa 
yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran63 
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas 
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki 
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), 
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). 
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 
dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan 
faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah 
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkatadanya usaha atau fikiran yang 
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan 
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak 
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan 
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak 
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. 
 
63 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004), 
Hal.39 
 
42 
 
 
 
 
 
 
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
 
A. Tempat dan Waktu Penelitian 
Tempat penelitian yang di lakukan oleh peneliti di SMK Al-Hidayah Lestari 
Lebak bulus Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 
sampai dengan Feruari 2011. 
 
B. Metode Penelitian 
Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang 
dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan 
sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk 
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis 
untuk mewujudkan kebenaran.1 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau 
upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran. 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 
deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi 
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan 
atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian 
menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya tujuan utama 
penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat 
tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata lain, digunakan 
untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagimana keadaan sesuatu (fenomena) 
dan melaporkannya. 
 
1 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI, h: 24 
43 
 
 
Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan 
penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu 
merumuskan hipotesis.2 
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa 
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang 
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang 
dapat diamati.3 Ahli pisikologi pendidikan dari Universitas of Nebraska, Lincoln 
(Creswell, 1994: 150) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses 
investigasi. 
Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga 
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan 
pada bergai maslah (Husaein Umar, 1990: 81). Sedangkan penelitian ini lebih 
memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai 
suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan 
menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok 
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bila peneliti 
haya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan 
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam 
kontek kehidupan nyata.4 
Menurut Vrendenburg (1987:38) studi kasus adalah suatu pendekatan yang 
bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang 
dikumpulakn dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang 
terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan yang 
mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus 
disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif. 
 
 
2 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII, h: 206 
3Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta:PT. Rineka Cipta: 2007), h: 
36 
4Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo 
Persada: 2004), cet ke-4, h:1 
44 
 
 
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:5 
1. Studi kepustakaan (library reseach, yaitu penelitian yang dilakukan 
dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan 
sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi. 
2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan 
mengkaji data-data yang diperoleh dari SMK Al-Hidayah Lestari 
Lebakbulus Jakarta Selatan. 
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan Penulisan 
Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyususn UIN Syarif 
Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008. 
 
C. Objek Penelitian 
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa 
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang 
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang 
dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek 
penelitian adalah siswa SMK Al-Hidayah Lestari kelas X AP2 yang berjumlah 33 
siswa. 
 
D. Teknik Pengumpulan Data 
Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari 
observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung, catatan 
wawancara, rekaman wawancara, dan fhoto kegiatan. Informasi tersebut dalam 
bentuk dokumen dan catatan peristiwa yang diolah menjadi data. 
1. Jenis dan sumber data 
Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yang 
dapat digolongkan sebagai berikut: 
 
5 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 
167 
45 
 
 
a. Data Primer, data primer yang dimaksud meliputi data-data yang 
diperoleh dari pihak SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta 
Selatan. 
b. Data Sekunder, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 
data yang diperoleh melalui studi kepustakaan. 
 
2. Cara pengumpulan data 
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai 
berikut: 
a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik 
terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan 
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di temapat terjadi atau 
berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang 
diselidiki.6 Metode ini tanpa diperlukan memberikan pertanyaan kepada 
responden. Peneliti melakukan pengamatan baik dilingkungan kerja alami 
maupun laboratorium dan mencatat perilaku penelitian. Pengatan 
terhadap objek yang akan diteliti, berusaha mengumpulkan data dari 
fenomena yang telah muncul untuk memberikan penafsiran yang 
diperoleh melalui data primer dalam pengumpulan data. 
Observasi dilakukan di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus dengan 
melakukan pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan kerja dan 
hasil kerja ysng diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan 
informasi yang disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu 
dengan pertimbangan: 
1) Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau meragukan 
sehingga perlu diobservasi ke lapangan (unit kerja yang bersangkutan), 
dalam hal ini adalah SMK Al-Hidayah Lebak Bulus. 
 
6 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 
158 
46 
 
 
2) Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung megarah kepada 
bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman lebih khusus 
untuk perumusan dan pengkajian. 
b. Tes. Untuk mendapatkan hasil penelitian maka dilakukan tes. Tes ialah 
seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang 
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi 
penetapan skor angka.7 Peneliti menggunakan tes objektif adalah suatu 
tes yang disusundimana sertiap pertanyaan tes disediakan alternatif 
jawaban yang dapat dipilih, dengan bentuk tes pilihan ganda (multipel 
choice items). Tes pilihan ganda diberikan pada kelas yang akan ditelitih 
dalam bentuk soal yang sama. Tes yang dimaksud adalah guna 
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu 
tentang Ibadah Haji. 
c. Wawancara, alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah 
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari 
wawancar adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari 
informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).8 Pada 
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) 
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan 
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. 
Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara yaitu: 
1) Wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang 
diberikan kepda interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam 
penelitian ini wawancara dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus. 
2) Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan 
mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa 
 
7Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), 
h.170 
8Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h: 
165 
47 
 
 
terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersipkan sebelumnya. 
Biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan 
perkembangan situasi dan kondisi ketika melkukan wawancara. 
Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi langsung lewes dan 
fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih bayak 
dan luas. Demikian halnya, wawancara ini juga dilakukan pada siswa 
kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus. 
Wawancara yang diajukan kepada informasi semata-mata sebagai 
bahan kajian mendasar untuk membuat kesimpulan. Bagaimanapun 
pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin 
validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan 
menghasilkan data yang sudah tersaring dengan akurat. 
3) Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati 
berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian, 
teknik ini sering disebut juga observasi historis. Dokumentasi 
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan 
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, 
maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisi 
(diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil 
kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Metode dokumentasi ini 
dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil lengkap SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus, baik itu tentang sejarah berdirinya SMK AL-
Hidayah Lebak Bulus maupun infrastruktur serta sumber daya manusia 
yang ada di dalamnya. 
 
E. Teknik Analisis Data 
Beberapa langkah diambil untuk menggambarkan teknik menganalisis data 
adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan menurut S. Nasution 
(1996:126) menjelaskan bahwa penyusunan data berarti menggolongkan kedalam 
pola, tema atau kategori sehingga demikian tidak terjadi chaos. Tafsiran atau 
interpretasi data artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola 
48 
 
 
atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep yang mencerminkan 
pandangan atau persepektif peneliti, dan bukan kebenaran. Kebenaran penelitian 
masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain. 
Untuk menganalisi data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Pengumpulan informasi, melalui observasi langsung, wawancara dan 
hasil uji tes. 
2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai 
dan tidak dengan masalah penelitian. 
3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel 
ataupun uraian penjelas. 
4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.9 
 
 
 
9Mattew.B, Milles. 1992. Analisa Data Kualitatif: (Tjetjeh Rohendi Rohindi Terjemahan). 
Jakarta: UI Press. 
 
 
49 
 
 
 
 
 
 
BAB IV 
HASIL PENELITIAN 
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah 
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK AL-Hidayah Lestari 
Berdirinya SMK Al-Hidayah merupakan perwujudan dari keingingan 
Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah dalam upaya mencerdaskan kehidupan 
bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang 
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan jasmani dan rohani, 
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab 
kemasyarakatan dan bangsa. 
SMK Al-Hidayah berdiri pada tanggal 19 Juli 1993 dengan nama SMEA 
pada awalnya, dimana Drs. Salman Tumanggor sebagai Kepala Sekolah pertama 
di sekolah ini. Ini didasarkan pada musyawarah Yayasan yang dihadiri oleh 
pengurus Yayasan antara lain: 
a. H. Machmud, sebagai pendiri YPI Al-Hidayah 
b. Hj. Siti Sa'diyah, sebagai Ketua YPI Al-Hidayah 
c. Drs. H. Marzuki, sebagai seksi Pendidikan YPI Al-Hidayah 
d. Drs. Salman Tumanggor, sebagai Kepala Sekolah 
e. Parhana, SE yang sekarang menjadi kepala sekolah SMK 
 
Adapun status SMK saat ini telah Diakui dengan status gedung milik 
sendiri. 
a. Visi dan Misi 
Untuk mengadapi persaingan dibidang pendidikan, yayasan Al-Hidayah 
dengan kepengurusan yang baru memiliki visi yaitu : "menciptakan Sumber Daya 
50 
 
 
Manusia yang islami. Trampil dan 1handal serta Berwawasan Global. Langkah-
langkah yang di tempuh untuk mewujudkan visi yang di maksud antara lain, 
sebagai berikut: 
1) Sumber daya manusia yang Islami 
a). Semua metode pengajaran bernuansa islam yang dapat memperhalus 
budi pekerti semua pelajar 
b). Mengaktifkan kegiatan rohis 
c). Melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan 
2) Trampil dan handal 
a). Memperbesar jam praktek computer dan mengetik, termasuk bidang 
studi produktif 
b). Melaksanakan ujian nasional seperti ; 
(1) Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil) 
(2) Ujian nasional bahasa inggris (dasarsatu dan dasar dua) 
(3) Ujian nasional mengetik (dasar, trampil dan mahir) 
3) Berwawasan 
a). Mengikut sertakan siswa dalam pelaksanaan uji kendali 
b). Ujian kompetensi 
c). Studi komperhensif 
d). Ujian nasional produktif 
Sedangkan Misi SMK Al-Hidayah adalah menciptakan kepribadian Muslim 
yang berakhlak mulia, yang berguna bagi Bangsa dan Negara, yang dijabarkan 
dengan: 
1) Memotivasi SDM yang religius dan berwawasan 
2) Mendidik SDM yang memiliki kualifikasi Unggul 
3) Membentuk SDM yang memiliki Keterampilan Standard an 
4) Menciptakan SDM yang Akuntabilitas 
 
 
1 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 
51 
 
 
b. Sarana dan Prasarana 
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di 
sekolah tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sarana dan 
prasarana yang dimiliki SMK Al- Hidayah Lestari dapat dilihat pada tabel berikut: 
Tabel. 1 
Sarana dan Prasarana 
No Sarana dan Prasarana Jumlah 
1 Ruang Kepala Sekolah 1 
2 Ruang Tata Usaha 1 
3 Ruang Kelas 12 
4 Perpustakaan 1 
5 UKS 1 
6 Laboratorium Komputer 1 
7 Laboratorium Bahasa 1 
8 Sarana Ibadah 1 
9 WC Guru 1 
10 WC Siswa 2 
11 Sarana Olahraga 1 
 
c. Kurikulum yang Digunakan 
 Perkembangan yang terjadi sekarang ini turut mempengaruhi kurikulum 
yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum di 
SMK Al- Hidayah Lestari, dimana untuk kelas I menggunakan kurikulum yang 
baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sedangkan kelas II dan 
III masih menggunakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).2 
d. Kondisi Guru dan Latar Belakang Pendidikan Siswa 
1) Guru 
Guru atau tenaga pengajar padaSMK Al- Hidayah Lestari berjumlah 27 
orang, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari D3 
 
2 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 
52 
 
 
sampai dengan S1. untuk guru dengan tingkat pendidikan D3, bejumlah 2 orang, 
sedangkan untuk guru dengan tingkat pendidikan Strata Satu (S1) berjumlah 25 
orang.adapun nama, pendidikan, bidang studi, kelas dari guru-guru SMK Al- 
Hidayah Lestari adalah sebagai berikut: 
Tabel. 2 
Daftar Pengajar SMK AL- HIDAYAH LESTARI 
No Nama Jabatan Bidang Studi 
1 Parhanah M. Pd Kepala Sekolah PB Jasa 
2 Drs. Fachruddin Wakasek B. Inggris 
3 Muhammad Amin S. Ag Kepala TU B. Arab 
4 Drs. Basrin Malau Guru Etika Komunikasi 
5 Drs. Umum Lingga Guru Siklus Akuntansi 
6 Muhyi Chaerudin Guru Agama Islam 
7 Dra. Hj. Hazami Guru B. Indonesia 
8 Drs. A. Saefudin Guru B. Arab 
9 Wardah Hayati S. Pd Guru B. Indonesia 
10 Nurlina S. Pd Guru Perbankan/Kewirausahaan 
11 Abdul Gafur Guru Administrasi Perkantoran 
12 H. Ahmad Syakir, S. Ag Guru Agama Islam 
13 Ety P, S. Pd Guru SMI (Indonesia) 
14 Tarmudi S. Pd Guru IPS 
15 Rini S, S.Pd Guru IPS 
16 Anton H, S.Pd Guru Ekonomi & Koperasi 
17 Zakiyah Guru Matematika 
18 Fadilah S.H Guru BP/BK BK 
19 Dadan S.Pd Guru Matematika/Kewirausahaan 
20 Dadang S. Kom. Guru TIK 
21 Hendiyana S.Kom Guru TIK 
20 Faisal SE Bendahara Staf 
21 Siti Komariah SE Guru Seni & Budaya 
53 
 
 
21 Lukman Hakim Staf TU Staf 
22 Syarifuddin Staf TU Staf 
23 Dedi 
Seksi 
Kebersihan 
Staf 
 
2) Siswa 
Keadaan siswa SMK Al-Hidayah sekarang adalah berjumlah 462 siswa. 
SMK Al-Hidayah mempunyai tiga jurusan yaitu Akuntansi, Penjualan dan 
Administrasi Perkantoran. 
Tabel. 3 
Daftar Jumlah Siswa SMK AL-HIDAYAH LESTARI 
Keadaan Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa 
X 
XI 
XII 
5 
4 
3 
190 siswa 
169 siswa 
103 siswa 
Total Jumlah Siswa 462 siswa 
 
e. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah 
1) Visi 
Mewujudkan SMK Al-hidayah Lestari sebagai sekolah yang mandiri dan 
profesional dalam menciptakan sumber daya manusia yang islami, religius dan 
berwawasan sesuai tuntunan dunia usaha 
2) Misi 
a) Menghasilkan siswa-siswi yang sholeh dan sholehah 
b) Menyiapkan tenaga kerja yang terampil 
c) Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional 
d) Memberi bekal keterampilan produktif, mengubah status manusia 
konsumen menjadi manusia yang produktif 
54 
 
 
e) Memberikan kemampuan dasar sebagai bekal pengembangan kualitas 
dirinya.3 
 
B. Kondisi Informan 
Terlebih dahulu menjelaskan kriteria informan yaitu siswa kelas X AP SMK 
AL-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Kriteria penentuan informan adalah memilih 
beberapa siswa yang memiliki nilai tertinggi, sedang dan terendah pada hasil tes 
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi ibadah haji. Adapun informasi 
mengenai informan dengan menggunakan nama asli adalah sebagi berikut: 
a. Amriyati, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Cinere. Ia 
bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk 
siswi yang cukup berprestasi di kelasnya, kepribadiannya yang pendiam, 
tepat waktu, sebagai ketua kelas dan bertanggung jawab pada tugas-
tugas yang diberikan guru membawa ia menjadi siswi yang disenangi 
guru. 
b. Neiza F.M, adalah informan siwa kelas X AP berasal dari Cinere. Ia 
bersekolah di SMK Al-Hidayah angkatan 2010, ia termasuk siswa yang 
cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang suka bercanda banyak 
dikenal oleh para siswa dan guru di sekolah. 
c. Adam Renaldi, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Lebak 
Bulus. Ia bersekolah di Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk 
siswa berprestasi di sekolah, jiwa sosial yang tinggi pada teman-teman 
menjadikan ia sebagai ketua kelas dan pribadi yang menyenangkan. 
d. M. Afrizal, ia adalah siswa kelas X AP, berasal dari Lebak Bulus. Ia 
bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia adalah siswa 
yang pendiam, prestasi di sekolahnya sedang-sedang saja. 
Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian efektifitas 
penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa di SMK Al-
Hidayah Lestari Lebak Bulus. 
 
3 Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus 
55 
 
 
Tabel. 4 
Data Informan 
No. Nama Status Pendidikan Daerah Asal 
1. Amriyati Pelajar SMK Kelas X 
AP 
Cinere 
2. Neiza F.M Pelajar SMK Kelas X 
AP 
Cinere 
3. Adam Renaldi Pelajar SMK Kelas X 
AP 
Lebak Bulus 
4. M. Afrizal Pelajar SMK Kelas X 
AP 
Lebak Bulus 
 
Demikianlah daftar yang menjadi informan penelitian di atas, dalam rangka 
sebagai melengkap informasi dan data-data dalam penulisan skripsi. 
 
C. Hubungan Sosial 
Yang dimaksud dengan hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang 
terjalin antara guru dan siswa di SMK Al-Hidayah. Hubungan sosial ini dibagi 
menjadi tiga bagian: hubungan sosial guru dengan sesama guru, hubungan sosial 
siswa dengan guru, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya. 
Pertama, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama 
guru terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan 
komunikasi antar sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga 
membesuk apabila ada seorang guru yang sakit atau melahirkan. 
Kedua, hubungan sosial siswa dengan guru. Hubungan sosial antara guru 
dan siswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat siswa terhadap guru 
seperti bersalaman bila bertemu dengan salah eorang guru atau menyapa. 
56 
 
 
Hubungan sosial antara guru dan siswa terbagi menjadi dua bagian yakni 
hubungan sosial formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam 
kelas dan hubungan sosial nonformal yakni tegur sapa yang dilakukan guru 
terhadap siswa diluar jam pembelajaran. 
Ketiga, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya. Hubungan 
sosial terhadap sesama siswa ini trejalin dengan baik, ini ditunjukan dari adanya 
tegur sapa dan kegembiraan saat bersama dengan teman-temannya. Hubungan 
sosial ini terlihat lebih erat pada waktu kegiatan seperti olahraga, perlombaan dan 
study tour. 
 
D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual 
1. Tahap Persiapan 
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan acuan guru sebelum 
proses kegiatan belajar mengajar dimulai. Dalam penelitian ini peneliti membuat 
RPP yang disesuiakan dengan materi pembelajaran. RPP yang dipersiapkan 
sebanyak satu kali pertemuan dikarenakan materi yang akan dibahas cukup sulit 
dan pembahasannya cukup luas, adapun isi rencana pelaksanaan pembelajaran 
yang penulis lakukan teridiri dari: alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi 
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, Metode, sumber 
belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. 
2. Tahap Pelaksanaan 
Dalam pelaksanaan pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru adalah 
Ibadah Haji sub dari bidang studi fiqh dengan memanafaatkan media audio visual 
berbentuk VCD (Ibadah Haji). Sebelum menyampikan materi terlebih dahulu guru 
mempersiapkan VCD yang akan diperlihatkan kepada siswa, serta 
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pada 
saat pembelajaran. Dengan mempersiapkan kebutuhan pengajaran, pelaksanaan 
pembelajaran yang disampaikan guru dapat berjalan efektif, inovatif, 
menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. 
Mempelajari media VCD (ibadah haji), kemudian guru melakukan observasi 
terhadap media VCD, sebelumnya guru melakukan pencatatan : Pertama, 
57 
 
 
mempelajari media pembelajaran VCD (ibadah haji) kemudian disesuaikan 
dengan bidang studi fiqih pada materi ibadah haji. Kedua, mengintegrasiakan 
media VCD dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan masing-
masing alokasi waktu belajar. Ketiga, proses pembelajaran dengan menggunakan 
media pembelajaran VCD (ibadah haji). Adapun hasildari observasi VCD ini 
adalah: 
a. Isi materi dalam VCD Ibadah Haji sebagai berikut: 
1) Pengertian dan sejarah ibadah haji 
2) Hukum ibadah haji 
3) Rukun ibadah haji: 
a) Ihram 
b) Wukuf 
c) Thawaf 
d) Sa’i 
4) Wajib haji: 
a) Ihram 
b) Berhenti di muzdalifah 
c) Melontar jumrotul ‘aqobah 
d) Melontar tiga jumroh 
b. Durasi waktu. Media pembelajaran VCD dengan materi ibadah haji 
memiliki durasi waktu 1:20 menit. Kemudian durasi waktu tersebut di 
sesuaikan dengan mata pelajaran fiqih yang akan dibahas. Masing-
masing pembahasan memerlukan waktu sebagai berikut: 
1) Untuk pengertian dan sejarah ibadah haji durasi waktu 3 menit : 12 
detik 
2) Untuk hukum ibadah haji durasi waktu 1 menit : 48 detik 
3) Untuk rukun ibadah haji memerlukan durasi waktu 5 menit : 14 detik. 
4) Untuk wajib haji memerlukan durasi waktu 5 menit :10 detik. 
c. Pesan-pesan yang disampaikan dalam VCD ibadah haji dapat sempurna 
dan dipahami para siswa, maka guru diharapkan dapat mempraktekkan 
tata cara ibadah haji kepada siswa. Sisa pembahasan lainnya tetap di 
58 
 
 
pelajari dalam kegiatan ekstra kurikuler untuk melengkapi dari materi 
ibadah haji yang terdapat dalam media pembelajaran VCD (ibadah haji) 
sehingga lebih tercapainya suatu tujuan pembelajaran. 
Setelah dilakukan observasi pada VCD ibadah haji dan pembuatan RPP 
maka guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanan 
pembelajaran terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan media yang akan 
diajarkan kepada siswa, mengkordinir keadaan siswa agar pembelajaran kreatif, 
inopatif dan menyenangkan setelah itu di sela-sela lagkah-langka pembelajaran 
guru memanfaatkan media VCD sebagai bahan ajar. Kegiatan proses 
pembelajaran bidang studi fiqih dengan materi ibadah haji dimulai dari jam 08.00 
sampai jam 08.45. kegiatan belajar ini diawali dengan menerangkan materi ibadah 
haji secara garis besar kemudian menayangkan VCD tentang ibadah haji. Selama 
dalam proses pembelajaran, siswa sangat antusias dan merespon dengan baik 
terhadap tayangan VCD yang diperlihatkan, hal ini dikarenakan dengan 
menayangkan VCD ibadah haji merupakan hal yang baru bagi siswa dan siswa 
dapat secara langsung melihat proses kegiatan ibadah haji yang benar. Selama ini 
guru bidang studi fiqih hanya menjelaskan pembahasan tata cara ibadah haji 
sebatas teori dan ceramah sehingga pemahaman siswa sedikit sekali yang di ingat 
dan di mengerti, bahkan tidak mampu untuk memperaktekan dengan benar tata 
cara pelaksanaan ibadah haji. 
Setelah diperlihatkannya VCD (ibadah haji) kemudian guru melakukan 
tanya jawab dan diskusi mengenai materi yang suda dipelajari kepada siswa untuk 
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam materi ibadah haji dan seberapa 
efektif pelakasanaan pembelajaran menggunakan media VCD (ibadah haji). Dari 
hasil tanya jawab dan diskusi yang dilakukan terhadap siswa, peneliti 
mengetahui atau memperoleh pakta bahwasannya terdapat keefektifan 
penggunaan media VCD (ibadah haji) terhadap pemahan siswa tentang materi 
ibadah haji. 
Durasi VCD ini selama 15 menit. VCD ini menjelaskan tentang tata cara 
pelaksanaan ibadah haji yang dimulai dari pengertian dan sejarah tentang ka’bah, 
59 
 
 
hukum ibadah haji, serta rukun dan wajib haji. Secara garis besar materi ibadah 
haji dalam VCD ini adalah: 
 
a. Pengertian dan Sejarah ( 3 menit : 12 detik) 
Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 96 yang berbunyi: 
                      
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) 
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi 
petunjuk bagi semua manusia” 
Baitullah tidak pernah sepi dikunjungi jutaan manusia dari seantero bumi 
sejak permulaan sejarah itu sendiri. Ka’bah berasal dari ka’bun yang artinya segi 
empat, ka’bah telah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan untuk 
diperbesarkan, namun falsafah dan peranannya tidak pernah berubah sejak 
semula. 
Kawasan sa’i anatara safa dan marwah menyimpan sejarah tersendiri. Sa’i 
adalah rukun haji ke-empat setelah thawaf di baitullah. Sa’i adalah manifestasi 
cinta dari perasaan seorang ibu kepada anaknya. Anak adalah amanah Allah SWT, 
perasaan Siti Hajar istri nabi Ibrahim A.S resah gelisah melihat anaknya Ismail 
A.S yang kehausan. Bumi Mekkah yang kering kerontang ditelusuri berulang kali 
antara safa dan marwah mencari-cari air untuk anakny. Maha suci Allah, tidak 
disangka-sangka ketukan anak kecil yang menangis kehausan, terbit mata air yang 
berlimpah-limpah, air itu adalah air zam-zam. 
Arafah memang bersejarah dan banyak menyaksikan peristiwa penting 
dalam sejarah islam. Arafah juga tempat wukuf bagi umat islam yang 
mengerjakan ibadah haji. 
b. Hukum Ibadah Haji ( 1 menit : 48 detik ) 
Hukum ibadah haji adalah wajib bagi umat islam yang mampu. Hal ini 
sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi: 
 
60 
 
 
                          
                              
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; 
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan 
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup 
Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), 
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta 
alam. 
Dalam firman Allah SWT yang lain yaitu dalam Surat Al-Hajj ayat 27-29 
yang berbunyi: 
                     
                              
                             
                  
27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya 
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang 
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. 
28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya 
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang 
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah 
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-
orang yang sengsara dan fakir. 
29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada 
badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan 
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu 
(Baitullah). 
Dalam ibadah haji terdapat rukun dan wajib haji yang harus dialksanakan 
oleh seluruh jamaah haji. 
 
 
61 
 
 
Diagram 1. 
Pembagian Haji 
 
 
 
 
 
 
 
 
c. Rukun Ibadah Haji ( 5 menit 14 detik ) 
Rukun haji adalah ibadah dasar yang harus dilakukan oleh jamaah haji. 
Rukun haji tersebut adalah: 
Diagram 2. 
Rukun Haji 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1) Niat 
Pada tanggal 8 Dzulhijjah sebelum berangkat ke Arafah 
yaitu sewaktu berada di pusat pemukiman boleh berniat ihram haji. 
Afdhal niat dilakuka di pintu pusat pemukiman setelah 
sembahyang sunah ihram. 
 
 
 
 
 
Rukun 
Tertib Bercukur/Tahalul Sa’i Thawaf Wukuf Niat 
HAJI 
Rukun Wajib 
62 
 
 
 
2) Wukuf di Arafah 
Wukuf adalah berada di bumi Arafah walau seketika mulai 
tanggal 9 Dzulhijjah sehingga subuh tanggal 10 Dzulhijjah. Semasa 
wukuf jamaah disunahkan berdzikir dan berwirid 
3) Thawaf di Baitullah 
Setelah berwukuf di Arafah, jamaah wajiblah melakukan 
thawaf rukun atau thawaf ifadah setelah kembali dari arafah. 
4) Sa’iSa’I adalah berjalan diantara safa dan marwah sebanyak 7x 
pulang pergi antara keduanya. Bagi yang tidak mampu, sa’I boleh 
dilakukan dengan menggunakan kereta dorong. Ketika 
melaksanakan sa’I jamaah haji tidak wajib bermudhu, hanya sunah 
dilakujkan 
5) Bercukur/tahalul 
Yaitu menggunting sedikit rambut sekurang-kurangnya 3 helai 
6) Tertib. 
Tertib pada kebanyakan rukun, maksudnya adalah rukun haji 
harus dilakukan mengikut urutan. 
d. Wajib Haji ( 5 menit : 10 detik ) 
Perkara wajib haji ialah: 
Diagram 3. 
Wajib Haji 
 
 
 
 
 
 
Wajib Haji 
Melontar 
Jumroh 
Bermalam di 
Mina 
Melontar 
jumroh 
aqobah 
Bermalam di 
Muzdalifah 
Meninggalkan 
larangan 
sewaktu ihram 
Niat 
ihram 
63 
 
 
 
1) Niat Ihram di Miqat. 
Yaitu membawa maksud ketentuan tempat dan waktu untuk berniat ihram 
haji atau umroh 
2) Meninggalkan larangan sewaktu ihram, yaitu setelah jamaah memakai 
ihram 
3) Bermalam di Muzdalifah. 
Muzdalifah adalah kota satu malam dalam setahun, disini jamaah haji 
diwajibkan menginap walaupun seketika. Ketika ini jamaah masih dalam 
keadaan ihram. Jamaah haji hendaklah berada di kawasan muzdalifah 
walaupun seketika, setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, yaitu 
ketika kembali dari Arafah. Tidak mermalam di Muzdalifah tanpa unsur 
syar’I berdosa hukumnya dan wajib membayar dam (denda) sewaktu 
berada disini jamaah disunahkan memungut anak batu untuk melempar 
jumroh. 
4) Melontar jumrotul aqobah. 
Yaitu merupakan salah satu dari tiga jumroh yang terletak di Mina. 
Melontar boleh dilakukan mulai setelah separuh malam tanggal 10 
Dzulhijjah hingga jatuh matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Waktu afdhal 
melempar jumrotul aqobah adalah pada hari nahar tanggal 10 Dzulhijjah, 
dimana kawasan umroh akan menjadi tumpuan berjuta-juta jamaah haji 
pada ketika ini. 
5) Bermalam di Mina. 
Mina dikenal juga sebagai kota 3 hari dalam setahun. Disini jamaah haji 
diwajibkan menginap pada tiga malam pada hari-hari tasyrik, yaitu 
malam tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Di Mina jamaah boleh 
melakukan aktifitas masing-masing di kemah-kemah mereka, seperti 
berdzikir dan melaksanakan ibadah sunah lain. 
 
 
 
64 
 
 
6) Melontar jumroh. 
Pada hari tasyrik diwajibkan pula melempar ketiga jumroh, dimulai 
dengan jumroh ula, wustha dan diakhiri dengan jumroh aqobah. 
Dari hasil observasi VCD tentang ibadah haji ini penulis dapat 
menyimpulkan bahwa mengerjakan ibadah haji memerlukan kekuatan fisik dan 
mental. Persiapan kedua aspek ini perlu ada sejak mendaftar untuk menunaikan 
ibadah haji. Setiap tahun berjuta-juta umat islam melaksanakannya tetapi belum 
tentu semuanya dapat melakukan dengan sempurna dan penuh ketakwaan. 
Haji adalah ibadah praktikal, semua perkara, semua perkara yang 
diwajibkan sewaktu sewaktu menyempurnakannya berbentuk perbuatan, umat 
islam perlu menyelami hakikat dibalik perbuatan tersebut. Jika ada kesempatan 
sementara menunggu tiba hari wukuf jamaah boleh membuat lawatan (kunjungan) 
ke Arafah, Mina dan kawasan haji lain untuk melihat suasana dan kawasan 
tersebut untuk menambah semangat melaksanakan haji dengan sempurna. 
 
E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual 
Keefektifan media audio visual dalam pembelajaran berhubungan dengan 
banyak faktor diantaranya : 
Metode , bila media pembelajaran sudah dianalisis dan dinyatakan baik oleh 
para prktisi pendidikan namun dalam pemanfaatannyatidak didukung oleh metode 
pembelajaran yang tepat, maka media tersebut tidak akan banyak memberikan 
manfaat bahkan akan menjadi tontonan belaka. Media pembelajaran biasanya 
dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran sebelum siswa melaksanakan diskusi 
atau praktek. 
Kondisi siswa, kondisi siswa yang sehat tentu berdeda dengan siswa yang 
tidak sehat, contoh siswa yang mengalami pusing akan bebeda hasil belajarnya 
dengan siswa yang tidak mengalami pusing. 
Sarana dan Prasarana. Yaitu berbagai alat yang mendukung dalam 
melaksanakan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana di SMK Al-Hidayah 
Lestari sudah dikatakan cukup memadai karena sudah ada LCD, pengeras suara ( 
65 
 
 
sound ), tempat duduk, ruangan, pencahayaan, dan suhu udara yang baik dan 
mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran. 
Waktu. Waktu penayangan media audio visual juga harus diperhatikan, 
waktu yang terlalu lama atau sebentar akan mempengaruhi tehadap hasil 
penggunaan media audio visual. Waktu penayangan yang terlalu lama akan 
menghabiskan banyak waktu, sehingga waktu pembelajaran sudah habis hanya 
untuk melihat video, selain itu penayangan yang terlalu lama juga akan 
mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. 
Tipe mengajar guru. Gaya mengajar guru juga mempengaruhi dalam 
keberhasilan belajar media pembelajaran, seperti guru yang otoriter, demokratis, 
apatis. Bila gaya mengajar guru yang otoriter, komunikasi hanya akan terjadi satu 
arah yaitu hanya dari guru saja. Bila gaya mengajar guru demokrasi maka 
komunikasi akan menjadi dua arah, baik siswa ataupun guru sama-sama dapat 
menyampaikan pendapatnya sehingga suasana belajar menjadi menarik. 
Sedangkan gaya apatis akan menyebabkan siswa menjadi tidak terkontrol 
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka efektifitas 
penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan siswa pada mata pelajaran 
Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari indikator yang akan disebutkan pada 
pembahasan dibawah ini. 
 
1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran 
Setelah pembelajaran selesai, kemudian penulis melakukan uji efektifitas 
bertujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari efektifitas penggunaan media 
audio visual. Uji efektifitas tersebut dilakukan dalam bentuk tes tertulis, soal 
tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice). 
Soal ini diberikan setelah pembelajaran selesai, selama mengerjakan soal 
siswa tampak tenang dan tidak ada yang menyontek. Setelah kurang lebih 25 
menit, siswa telah selesai mengerjakan soal yang penulis berikan, kemudian 
jawaban siswa dimasukkan kedalam komputer untuk dianalisis. Hasil belajar 
siswa dapat dilihat pada table dibawah ini: 
 
66 
 
 
 
 
Table 5 
Hasil Belajar Siswa 
No. Nama Siswa L/P 
Skor 
Pilihan Ganda 
Nilai Pembelajaran 
Ibadah Haji 
1. Dwi Sabtomo 
Hadi 
L 20 67 
2 Kanah P 23 77 
3 Anisa Sri 
Madani 
P 21 70 
4 M. Afrizal L 18 60 
5 Riansyah L 22 73 
6 Neiza F.M P 25 83 
7 Saeful Bahri L 20 67 
8 Tajudin L 23 77 
9 Setiatin 
Amalia 
P 26 87 
10 Pudji Yulianti P 24 80 
11 Adam Renaldi L 25 83 
12 Rizki 
Irwansyah 
L 21 70 
67 
 
 
13 Ferdyanto L 26 87 
14 Rega Hadi L 23 77 
15 Apriliani P 22 73 
16 M. Iqbal L 27 90 
17 Kartika P 24 80 
18 Emma Aprilia P 24 80 
19 Putri 
Rahmawati 
P 24 80 
20 Iksan Safe’i L 29 97 
21 Yani Ariska P 23 73 
22 Hemaditha I.F P 19 63 
23 M. Teguh 
Imam 
L 24 80 
24 Lulu Lutfiyanti P 24 80 
25 Sintia 
Rahmawati 
P 24 80 
26 Siti Hafshah P 17 57 
27 Lisdiah 
Anggraini 
P 27 90 
28 Siti 
Nurkhasanah 
P 21 70 
29 Ella Wati P 26 87 
68 
 
 
30 Lisa Aprilia 
Nurhayati 
P 22 73 
31 Amriyati P 29 97 
32 Selvira 
Anggraini 
P 27 90 
33 Angger Evita P 22 73 
Nilai Rata-Rata 25, 7 77, 90 
 
Setelah dilakukan tes, penulis mengambil beberapa orang siswa untuk 
diwawancarai, mereka adalah yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang dan 
terendah, untuk mengetahui bagaimana efektifitas keberhasilan siswa setelah 
menggunakan media audio visual. Hal tersebut dapat diketahui dari indikator-
indakator yang ada, yaitu: 
a. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap 
kegiatan belajar mengajar 
Penulis berhasil mewawancarai beberapa siswa kelas X AP2. Berikut adalah 
hasil wawancara dengan informan pertama yang bernama Amriyati, siswi kelas X 
AP2 yang mendapatkan nilai tertinggi pada materi pelajaran ibadah haji yang 
disampaikan menggunakan media audio visual. 
“...Sebelum memulai pelajaran saya menyiapkan buku materi dantidak lupa 
berdo’a agar dimudahkan dalam menuntut ilmu. Selaian itu sehari sebelumnya 
saya belajar tentang materi yang akan dibahas, seperti mengulas dan 
mempelajari materi ibadah haji agar materinya dapat saya kuasai...” 
Demikian pula halnya dengan hasil wawancara pada informan II yang 
bernama Neiza F.M yang juga mendapatkan nilai tinggi pada mata materi ibadah 
haji. 
“...Seperti biasanya, sebelum pelajaran dimulai saya mempersiapkan diri 
dengan membaca-baca materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru...” 
69 
 
 
b. Mengembangkan suasana belajar yang akrab, positif dan 
menyenangkan. 
Suasana belajar di dalam kelas ditentukan melalui media yang digunakan 
guru untuk menciptakan suasana yang akrab, positif dan menyenangkan. Guru 
menggunakan media audio visual sebagai media pengajaran dalam materi Ibadah 
haji membuat siswa merasa senang dengan kegiatn belajar yang berlangsung. 
Berikut hasil wawancara dengan informan I kelas X AP2 yang bernama Amriyati: 
“ Saya sangat menyukai media pembelajaran VCD (Ibadah Haji) dan saya 
merasa senang ketika guru menggunakan media VCD sebagai sarana belajar...” 
Suasana belajar mengajar yang akrab sangat membantu siswa untuk meraih 
keberhasilan dalam belajar. Karena kegiatan belajar yang menyenangkan pasti 
disukai oleh siapapun. Dan peran guru yaitu mengupayakan agar kegiatan belajar 
mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan. Media audio visual inilah 
yang gunakan oleh guru untuk menimbulkan rasa senang siswa terhadap kegiatan 
belajar tersebut. Berikut yang disampaikan oleh informan II, yaitu Neiza F.M: 
“...Saya menyukai proses belajar dengan menggunakan media, bagi saya 
guru yang menggunakan media memberikan kebebasan untuk berimajinasi...” 
Berdasarkan wawancara terhadap para informan, menunjukkan bahwa siswa 
merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media VCD. 
c. Ketepatan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa 
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan 
Pemilihan materi ibadah haji dan media VCD yang digunakan disesuaikan 
dengan kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran sehingga materi mudah 
dipahami. 
“...Pelajaran ibadah haji membutuhkan praktek, kalau hanya dengan 
ceramah saja mungkin saya kurang memahami, dan saya juga berharap materi 
pelajaran bisa disampaikan menggunakan media yang tepat, seperti VCD. 
Karena jika tidak tepat maka pelajarannya tidak dapat dimengerti...”. 
(Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi) 
Media VCD memudahkan transfer pengetahuan kepada para siswa, sehingga 
hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam pelajarannya. Karena 
70 
 
 
materi yang disampaikan melalui media VCD dirasakan sangat mudah ditangkap 
oleh siswa. Berikut penuturan informan dalam wawancara yang dilakukan oleh 
penulis. 
“...Dengan menggunakan media VCD penjelasannya dapat diingat dan 
mudah dipahami...”(Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal) 
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh para informan, dapat 
diketahui bahwa pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan kemampuan 
para siswa agar lebih memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. 
d. Memberikan pengalaman belajar yang efektif dan melibatkan siswa 
secara aktif 
Media VCD sangat tepat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, 
apalagi materi yang disampaikan adalah ibadah haji, dimana terdapat tuntunan 
yang sifatnya praktis, membutuhkan contoh riil untuk dipraktekkan oleh siswa. 
Siswa juga terlibat aktif dalam pembelajaran materi ibadah haji dengan 
mempraktekkan beberapa hal dalam tuntunan ibadah haji, seperti thawaf, sa’i 
maupun melempar jumroh. Setelah dilakukan wawancara, ternyata hal ini serupa 
dengan jawaban yang dilontarkan informan III. 
“...Saya pribadi senang sekali ketika belajar guru menggunakan media 
VCD pada materi ibadah haji karena saya dapat melihat langsung bagaimana 
tata cara ihram, thawaf, sai, tahalul, melempar jumroh dan lain-lain...” 
(Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal) 
Adapun jawaban dari pertanyaan penulis terhadap informan III Adam 
Renaldi adalah sebagai berikut. 
“...Saya memperhatikan dan mencatat materi yang saya anggap penting dan 
menanyakan hal-hal yang belum saya mengerti...” (Wawancara dengan informan 
III, Adam Renaldi) 
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa media VCD 
mampu memberikan pengalaman langsung terhadap siswa sehingga memudahkan 
siswa dalam mempraktekkan pelaksanaan kegiatan ibadah haji serta mampu 
membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. 
71 
 
 
e. Metode tepat sesuai dengan standar kompetensi (SK), kompetensi 
dasar (KD) dan indikator 
Ketepatan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi disesuaikan 
dengan standar komptensi (SK) standar kompetensi dalam materi ini adalah 
memahami rukun islam yanng kelima (Ibadah Haji), oleh karena itu penulis yang 
dalam penelitian ini menggunakan media VCD sebagai alat penyampaian materi 
sangat sesuai dengan kompetensi dasar yaitu adanya pemahaman siswa terhadap 
materi yang diajarkan. 
”...Materi yang guru PAI sampaikan melalui media VCD telah sesuai 
dengan indikator pembelajaran yang terdapat dalam buku paket pelajaran 
PAI...” (Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi) 
Sedangkan kompetensi dasar dalam materi ibadah haji ini adalah 
menjelaskan hukum, rukun dan wajib haji. Dengan demikian penggunaan media 
VCD dapat memudahkan siswa dalam memahami materi ibadah haji. 
“...Isi materi ibadah haji yang disampaikanmelalui VCD sama dengan 
materi yang ada di buku paket, tetapi VCD lebih memudahkan saya dalam belajar 
ketimbang buku paket...” (Wawancara dengan informan I, Amriyati) 
Pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan indikator dan standar 
kompetensi agar tujuan dari indikator pembelajaran tersebut dapat tercapai. 
f. Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran 
Efektifitas kegiatan belajar mengajar ditentukan juga oleh kemampuan guru 
dalam menguasai pelajaran dan pemilihan metode yang tepat untuk 
menyampaikan materi kepada siswa, sehingga proses belajar berlangsung lancar 
dan efektif. Pemilihan media VCD adalah langkah tepat yang digunakan oleh guru 
dalam menyampaikan materi ibadah haji, karena ibadah haji membutuhkan contoh 
praktek yang bisa diikuti oleh para siswa. 
“...Saya merasakan ada perbedaan ketika saya belajar menggunakan media 
VCD, Materi yang disampaikan lebih mudah diterima, saya dapat melihat 
bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan sangat jelas dan tidak 
membosankan...” (wawancara dengan informan I, Amriyati). 
72 
 
 
“…Guru sudah mempersiapkan segala perlengkapan media di kelas 
sebelum siswa masuk kelas, semua sudah tertata rapi mulai dari VCd, laptop, 
pengeras suara (sound), dan infocus…”.(Wawancara dengan informan I, 
Amriyati) 
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pemanfaatan media 
VCD harus didukung oleh kemampuan guru dalam menggunakan media VCD 
tersebut dan kesesuaian antara materi pelajaran dan isi dari VCD tersebut. 
g. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional 
yang telah ditetapkan 
Salah satu indikator efektivitas pembelajaran melalui media audio visual 
(VCD) adalah tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan, yaitu hasil 
belajar yang bagus yang tertuang dalam nilai pada hasil tes materi ibadah haji 
(bisa dilihat di table 5. Hasil Belajar Siswa). Hal ini tidak lepas dari perhatian 
siswa terhadap materi ibadah haji yang disampaikan melaui media VCD, seperti 
yang dibincangkan informan dalam wawancara: 
“...Saya menyimak dan memperhatikan dari awal sampai akhir pelajaran 
selesai...”(Wawancara dengan informan I, Amriyati). 
Setelah dilakukan wawancara dengan informan, maka penulis dapat 
menyimpulkan bahwa media VCD adalah media yang efektif dalam penyampaian 
materi ibadah haji, sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh 
siswa. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan 
“...Kalau belajardengan media VCD, belajarnya menjadi semangat dan 
mudah dipahami...” (Wawancara dengan informan II, Neiza F.M) 
Media audio visual VCD ternyata memiliki peranan penting terhadap hasil 
belajar siswa, dikarenakan media VCD adalah media yang menarik, sehingga 
siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar sampai selesai, selain itu materi 
ibadah haji yang disampaikan dengn metode VCD menjadi lebih mudah diterima 
dan dipahami oleh siswa, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan 
hasil belajar siswa. 
73 
 
 
2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual 
Komunikasi pembelajaran berbentuk media audio visual ini menggunakan 
jenis komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah ini adalah apabila para pelajar 
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan 
pertanyaan, diminta atau tidak diminta. 
Diagram 4. 
Bentuk Komunikasi Dua Arah 
 
 
 
 
 
Proses pembelajaran tatap muka antara guru dan siswa biasanya dilakukan 
di dalam kelas (ruangan), guru dalam prose situ lebih berfungsi sebagai sumber 
pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antar guru dan siswa dalam 
pross pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktu-
waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antar personal; hal ini bisa 
dilakukan karena proses komunikasi tatap muka di kelas mempunyai kelompok 
yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa 
menjadi komunikan sekaligus sebagai komunikator, demikian pula guru.4 
 
3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam 
Setelah penulis mengamati tingkah laku belajar siswa yang direkam melalui 
handycam, penulis membaginya menjadi empat tahapan yakni fase motivasi, 
konsentrasi, pengolahan informasi, dan umpan balik. Adapun deskripsi hasil 
pengamatannya adalah sebagai berikut : 
Pertama fase motivasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan 
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak termotivasi dalam 
 
4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada 
Press, 2008), hal. 10 
 
Guru 
Siswa 3 Siswa 2 Siswa 1 
74 
 
 
mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukan 
dengan besarnya rasa antusias, rasa ingin tahu, dan ketertarikan siswa dalam 
mengikuti kegiatan pembelajaran. 
Kedua fase konsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan 
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak berkonsentrasi 
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini 
ditunjukan melalui tingkah laku siswa dalam memfokuskan penglihatannya pada 
tayangan VCD ibadah haji. 
Ketiga fase pengolahan informasi, berdasarkan pengamatan yang penulis 
lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak 
melakukan pengolahan informasi. Hal ini ditunjukan oleh tingkahlaku siswa yang 
memperhatikan penayangan VCD ibadah haji, kemudian mencatatnya, berfikir 
sebelum menjawab pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam menyimpulkan 
pembelajaran ibadah haji. 
Keempat fase umpan balik, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan 
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa mampu memberikan 
umpan balik. Hal ini ditunjukkan ketenangan siswa saat mengerjakan soal yang 
diberikan, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. 
 
F. Upaya SMK Al-Hidayah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 
mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar peserta didik menjadi manusia yang 
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, 
berilmu pengetahuan, cukup kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang 
demokratis serta bertanggung jawab. 
Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah dapat 
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan cara meningkatkan 
mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan. 
Upaya yang dilakukan oleh SMK Al-Hidayah dalam meningkatkan mutu 
pendidikan yang ada di sekolah dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan 
75 
 
 
dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan sekolah tersebut. Hal ini dapat 
terlihat dari segi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah seperti 
penambahan kelas, pelebaran ruang lab, penambahan peralatan media. 
Dari segi kualitas guru, hampir semua guru memiliki jenjang pendidikan SI. 
Dalam upaya meningkatkan para guru, sekolah sering mengikutsertakan para guru 
pada seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan, dengan diikut sertakannya para 
guru diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan 
pengetahuan siswa. 
Untuk mengisi waktu luang siswa, sekolah mengadakan kegiatan 
ekstrakulikuler, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan 
bakat yang dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara 
lain paskibra, futsal, follyball, dan band. Kegiatan ini untuk menyalurkan 
kemampuan yang dimiliki siswa. 
 
 
 
76 
 
 
 
 
 
 
BAB V 
PENUTUP 
 
A. Kesimpulan 
Berdasarkan perumusan masalah “Bagaimana Efektifitas Penggunaan Media 
Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan 
Agama Islam (Ibadah Haji)” dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat 
disimpulkan sebagai berikut: 
1. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, hal ini 
terbukti dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan 
dalam rencana program pengajaran dan mencukupinya waktu yang 
disediakan untuk proses pembelajarn. Tercapainya tujuan pembelajaran 
dapat dibuktikan melalui hasil uji berupa soal materi ibadah haji dan 
wawancara terhadap siswa tersebut. 
2. Pemanfaatan media VCD (ibadah haji) dalam proses belajar mengajar 
merupakan kreatifitas guru dalam rangka meningkatkan pemahaman dan 
penguasaan materi ibadah haji secara optimal. 
3. Tes materi ibadah haji yang diujikan pada siswa menunjukkan hasil belajar 
yang memuaskan. Nilai yang diperoleh siswa dalam materi ini menunjukkan 
bahwa rata-rata hasil belajar yang dievaluasikan oleh guru mata pelajaran 
fiqh dengan memanfaatkan media VCD (ibadah haji) menunjukan 
77 
 
 
 
peningkatan yang signifikan. Berikut adalah nilai rata-rata yang diperoleh 
siswa pada materi ibadah haji: 
Jumlah siswa 
Rata-Rata Ketepatan 
Menjawab (30 soal) 
Nilai Rata-rata 
33 siswa 25,7 77,90 
 
Adapun untuk nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 
sebelumnya yaitu 6, 20. Jadi, dalam penggunaan media VCD ibadah haji ini, 
nilai rata-rata siswa kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus meningkat 
sebanyak 1, 59. 
4. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan media 
VCD (ibadah haji) pada saat pembelajaran sangat efektif. Materi ibadah haji 
merupkan materi yang cukup sulit menjelaskannya karena materi tersebut 
membutuhkan keterampilan serta dapat memperaktikan, penggunakan 
media VCD (ibadah haji) yang menampilkan gambar, suara dan gerak 
secara bersamaan secara langsung dapat berinteraksi bagaimana tata cara 
pelaksanaan ibadah haji dengan tertib dan benar. 
Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal memudahkan 
guru menggunakan media VCD (ibadah haji) tanpa mendapatkan kendala, 
membebankan bahkan menyulitkan guru dalam proses belajar mengajar, hal itu dapat 
dirasakan siswa dengan pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan 
dan menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal 
membawa pengaruh keberhasilan belajar. 
 
 
 
 
78 
 
 
 
B. Saran-Saran 
Secara garis besar disimpulkan bahwa media audio visual sangat baik 
digunakan dalam pembelajaran, namun dalam penggunaan media pembelajaran ada 
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: kesesuaian antara media 
pembelajaran dengan materi pembelajaran, efisiensi waktu yang dibutuhkandalam 
pemutaran media pembelajaran dan persiapan siswa dalam menerima pelajaran. 
Selanjutnya, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penggunaan media 
pembelajaran di sekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru 
maupun siswa, diantaranya yaitu: 
1. Sekolah 
Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi para guru 
khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat 
dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan media audio 
visual sangat efektif terhadap keberhasilan belajar siswa. 
Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas 
penunjang untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di 
sekolah, seperti menyediakan proyektor, LCD (infocus) serta ruangan kelas 
yang nyaman agar siswa bisa berkonsentrasi dalam proses pembelajaran 
tersebut. 
2. Guru 
a. Kepada para guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya 
menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran agar 
siswa lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang 
disampaikan. 
b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media 
pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media bisa 
optimal. 
79 
 
 
 
c. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengkondisikan 
siswa agar tercita suasana belajar yang efektif. 
d. Guru harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi dalam 
dunia pendidikan, sehingga kedepannya proses belajar mengajar dapat 
memanfaatkan media teknologi yang tentunya akan semakin 
mempermudah proses pembelajaran. 
 
3. Siswa 
a. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam mencari ilmu pengetahuan dengan 
memanfaatkan berbagai sumber yang ada seperti buku bacaan, internet 
dan VCD pengetahuan, tidak hanya mengandalkan materi yang 
disampaikan oleh guru saja. 
b. Siswa harus memiliki motivasi dan keinginan belajar yang tinggi, agar 
proses menerima materi pelajaran di kelas pun akan terasa mudah. 
 
80 
 
 
Daftar Pustaka 
 
1. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis 
Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. 
Remaja Rosdakarya, 2006 
2. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung: 
Angkasa, Cet. I, 2003 
3. Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas 
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT pena Citasatria, Cet: 1, 2008 
4. Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan 
Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. II, 2005 
5. Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. 
Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989 
6. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: 
PT. Ciputat Press, Cet. I, 2002, 
7. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 
cet.ke-XIII, 2010 
8. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Syaamil 
Cipta Media 
9. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 
Jakarta: Balai Pustaka, 1996 
10. Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga 
Kependidikan, Bandung: Alpabeta, 2009 
11. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka 
Cipta: 2007 
12. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka 
Cipta: 2007), h.170 
13. http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 
14. http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas. 
15. 1http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010. 
81 
 
 
16. http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010. 
17. http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 
18. 1http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010. 
19. John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa 
Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982 
20. Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: 
Penerbit Universitas Terbuka, Cet. I, 2007 
21. Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina 
Ilmu, 1986 
22. Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet: VI, 3003 
23. Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama 
Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni 
Djamal, Jakarta: Rineka Cipta, 1998 
24. Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan 
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 
Cet. II, 2002. 
25. Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju 1989 
26. Nasution, Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1994 
27. Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja 
Grafindo Persada, Cet ke-4, 2004 
28. Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang 
Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, 
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 
29. Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk 
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987 
30. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002. 
31. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. 
32. TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television, Bandung: Alumni 
1980 
82 
 
 
33. Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep 
Landasan dan Implementasinya pada KTSP, Jakartaa: Kencana, cet: 1, 
2009. 
34. Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK 
(Penelitian Pada Guru-Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program 
Pasca Sarjana UNY, 2001) 
35. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Suatu Pendekatan Baru, Ciputat: 
Gaung Persada Press, 2008 
36. Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: 
PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995 
37. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. 
Ba’adillah Press, Cet. I, 2002.